Setelah menendang Ji Hyuk ke lautan, Bum Shik dan anak
buahnya pergi
Mi Ra sedang menemani Jin Ah untuk membeli baju. Jin Ah “Bagaimana
kalau yang ini?”. Mi Ra “Daripada yang itu yang di depan anda sepertinya lebih
bagus”. Jin Ah “Benarkah? Aku lebih suka yang ini. Aneh. Kukira kita punya
selera yang sama. Soal baju dan juga soal pria (Ehem ehem.kekeke)”. Jin Ah mengambil
salah satu baju pria “Bagaimana menurutmu?”. Mi Ra “Apa?”. Jin Ah “Kalau Kim Ji
Hyuk memakainya karakternya akan muncul, kan?”. Mi Ra “Entahlah, aku tidak
yakin”. Jin Ah “Terlalu norak, kan? Saat aku ke Amerika besok lusa aku takkan
kembali. Aku akan tinggal bersamanya di sana. Bukankah kami cocok? Si sampah
dan Psycho”
Dae Sub membantu membawakan barang belanjaan Hong Dal Sook.
Dae Sub “Bibi sudah mendapat kabar dari Ji Hyuk?”. Hong Dal Sook “Belum,
kenapa? Dia menghilang lagi?”. Dae Sub “Astaga, aku belum mendapat kabar dari
dia beberapa hari ini”. Hong Dal Sook “Apa dia ke luar negeri diam-diam?”. Dae
Sub “Aku paham kalau dia tidak meneleponku, tapi aku tidak mengerti kenapa dia
tidak meneleponmu. Melihat dia mengemas barang-barangnya sepertinya bukan
liburan singkat”. Hong Dal Sook “Dia bilang padamu kalau dia liburan?”. Dae Sub
“Aku merasakan seperti itu”. Hong Dal Sook “Aku yakin dia hanya ingin
menyendiri. Saat dia sudah merasa lebih baik, dia akan segera kembali”
Jin Ah berbicara ditelepon “ Dia pasti sudah dalam pesawat.
Dia kabur untuk menghindariku. Dia pasti berkeliaran di sekitar New York. Cari
di seluruh tempat dan temukan dia, paham?”
Dae Sub datang ke markas Bum Shik dan melihat ke dalam
markas Bum Shik “Tidak mungkin, dia tidak mungkin...”. Dae Sub menjawab telepon
yang masuk “Halo?Ya, ini aku. Dimana?”
Para pedagang dari pasar Guchangdo protes di perusahaan Hyun
Sung. Ahjussi A “Bagaimana mungkin kau sebut ini kompensasi?”. Yoo Jae
“Pembangunan mal sudah dihentikan untuk sementara waktu ini”. Dong Suk yang
baru sampai hanya melihat protes itu dari belakang. Ahjumma A “Apa maksud semua
ini? Saat Ji Hyuk menjadi Presiden, katanya tidak begini”. Ahjussi Park
“Bukankah aku sudah bilang pada kalian? Jangan mempercayai dia”. Ahjussi A
“Setidaknya kau harus memberikan nilai kontrak pada kami. Ini penipuan.
Nilainya bahkan tidak sesuai dengan perjanjian”. Ahjumma A “Kami semua akan
kehilangan toko kami dan tinggal di jalanan. Untuk membuka toko yang baru di
mal kami sudah menutup toko kami. Kami sudah bekerja untuk pembukaan toko yang
baru. Dengan uang ini, untuk menutup bunga pinjaman saja takkan cukup”. Yoo Jae
“Karena kalian sudah membuat kontrak dengan Presdir kami sebelumnya hanya dia
yang bisa menyelesaikannya”. Ahjussi Park “Kalau begitu, kami harus bertemu Presdir yang sekarang. Kami mau bertemu dengan
Presiden yang sekarang. Jika dia masih memiliki belas kasihan dia takkan
membuat kami bangkrut seperti ini”. Yoo Jae melihat Dong Suk yang berada di
belakang para pedagang pasar memberi kode untuk tidak memberitahu keberadaannya
dan pergi (lebih tepatnya melarikan diri. Dasar Dong Suk gak tahu bertangggung
jawab). Yoo Jae “Baiklah, baik. Tapi Presiden sedang dalam perjalanan bisnis ke
luar negeri”. Para pedagang bertambah kesal
Dae Sub datang ke sebuah RS. Ia masuk di salah satu ruangan
dan melihat Ji Hyuk yang duduk ketakutan (Kasihan Ji Hyuk). Dae Sub “Hyung
Hyung. Apa yang terjadi? Kenapa dengan wajahmu? Hyung ini aku, Dae Sub”. Dae
Sub menitikkan air matanya melihat Ji Hyuk dengan kondisi seperti itu. Dae Sub
“Kenapa tingkahmu seperti orang gila? Apa yang sudah mereka lakukan padamu?”.
Dae Sub mengajak Ji Hyuk untuk pulang tapi Ji Hyuk menolak tidak mau pergi. Dae
Sub “Kata dokter, kau sudah boleh pulang. Ji Hyuk, ayo kita pulang”. Ji Hyuk
menggeleng “Tidak. Aku tidak mau pergi”
Ji Hyuk duduk melamum di sudut kamarnya. Dae Sub masuk
membawa makanan untuk Ji Hyuk. Dae Sub “Hyung, Kau mau mencobanya? Bagaimana
mungkin selama beberapa hari ini kau tidak makan? Hyung. Kau harus makan. Kau
akan mati jika terus begini”. Ji Hyuk “Dae Sub. Beritahu pada yang lainnya
kalau aku sudah mati”. Dae Sub “Apa?”. Ji Hyuk “Jika aku mati dan menghilang
mereka takkan mencariku lagi”. Dae Sub “Apa kau sudah gila? Kau masih hidup
tapi kenapa kau ingin orang lain mengira kau sudah mati?”. Ji Hyuk “Tak ada
seorang pun yang tahu kalau aku masih hidup. Jadi bilang saja kalau aku sudah
mati”. Dae Sub “Pada siapa? Bajingan-bajingan yang sudah melakukan hal ini
padamu? Kau takut pada mereka? Hyung, Kau ingat? Dulu, di pasar kita berkelahi
dengan sepuluh orang. Lalu, kau bilang super. Kau menghabisi mereka semua satu
per satu. Kau ingat itu, kan? Dan saat pertandingan nasional kau menghadapi
juara kedua. Pria yang tinggi itu. Kau
juga menghabisinya dengan satu pukulan. Kau ingat, kan? Itulah kau yang
sebenarnya, landak. Kau itu landak yang tidak pernah takut pada apapun di dunia
ini. Ingat kan?”. Ji Hyuk “Katakan saja kalau aku sudah mati”. Dae Sub
membanting makanan yang ia bawa “Kenapa kau seperti ini Hyung. Kenapa kau
mendadak menjadi bodoh seperti ini? Kumohon sadarlah. Kembalilah seperti dulu
dan kau harus membalas perbuatan mereka. Aku akan membantumu, ya? Kita harus
membalas dendam pada mereka. Hyung!”
Ahjussi Park yang mabuk sedang berbicara ditelepon “Sudah
kubilang. Aku tidak punya uang untuk melunasi hutangku. Paham? Brengsek, aku
sama sekali tidak punya! Apapun yang akan kau lakukan. Aku tidak punya uang untuk
melunasinya. Astaga, kembali saja kesini dan ambil semua pakaian lusuh ini. Kau
boleh mengambil semuanya !”. Ahjussi Park membanting teleponnya dan
mengacak-acak jualannya. Ahjussi A mencoba menenangkan Ahjussi Park (Sampe
sekarang aku gak tahu namanya ahjussi yang satu ini..Sawryy). Ahjussi A
“Tenanglah”. Ahjussi Park“Kenapa aku harus selalu terjebak dalam masalah
seperti ini? Apa yang sedang dilakukan Ji Hyuk sekarang? Apa dia akan membantu
kita?”. Ahjussi A “Aku belum melihat dia sama sekali. Tapi bukankah setidaknya
dia sudah berusaha?”. Ahjussi Park “Berusaha? Usaha ?Sudahlah. Aku sudah tidak
bisa mempercayainya. Aku tidak lagi mempercayai dia. Sekarang, aku lelah”.
Ahjussi A “Kumohon, jangan minum lagi malam ini”
Dae Sub masuk ke dalam kamar Ji Hyuk dan mengambil makanan
yang tidak dimakan Ji Hyuk. Saat akan keluar Ji Hyuk memanggil Dae Sub. Dae Sub
kaget “Hyung, kenapa? Kau mau makan? Kau butuh sesuatu? Katakan saja apa yang
kau inginkan”. Ji Hyuk “Aku merindukan ibuku”. Dae Sub “Ibu? Bibi Dal Sook ?
Sekarang, dia pergi ke rumah ibunya. Kurasa dia akan khawatir, jadi aku belum
memberitahu dia soal dirimu. Hyung, Kau harus makan sesuatu sebelum kau
menemuinya. Apa perlu kupanaskan lagi supnya?”.Telepon Dae Sub berbunyi “Hyung,
tunggu sebentar, ya”
Dae Sub menjawab teleponnya “Ya Bibi, apa? Apa maksudmu?
Siapa? Ahjussi Park? Apa katamu? Ahjussi Park meninggal?”. Ji Hyuk mendengar
pembicaraan Dae Sub “Siapa yang meninggal?”
Para pedagang pasar menangisi tubuh Ahjussi Park yang tidak
bernyawa. Dae Sub datang bersama Ji
Hyuk. Ji Hyuk melihat wajah Ahjussi Park dan mengingat kebaikan Ahjussi Park
yang membelanya saat di kantor polisi. Ahjussi A “Kau kenapa kau malah muncul
kesini? Kenapa kau muncul? Ini sama saja dengan kau sudah membunuhnya. Kau
pembunuhnya. Masalah ini bukanlah hal yang akan berakhir dengan kematiannya
saja. Mulai sekarang banyak orang yang akan mati. Apa yang akan kau lakukan?
Apa akhirnya kau akan membunuh semua orang yang bekerja di pasar? Apa yang
sudah pernah kami lakukan untukmu? Kau
tahu seberapa besar rasa percaya kami padamu? Kenapa kau malah tega melakukan
hal ini padamu kami, hah?”.
Ji Hyuk sudah duduk bersama Hong Dal Sook. Ji Hyuk “Ibu.
Kenapa Ahjussi Park meninggal?”. Hong Dal Sook “Itu terjadi begitu saja”. Ji
Hyuk “Apa karena aku? Dia mati karena aku, kan?”. Hong Dal Sook “Ji Hyuk”. Ji
Hyuk “Ibu”. Hong Dal Sook “Baiklah. Anggap saja aku ini ibu kandungmu. Mulai
sekarang, aku akan menjadi ibumu. Jadi demi ibumu kita kembali seperti dulu,
ya?”. Ji Hyuk dan Hong Dal Sook menangis bersama. Ji Hyuk “Ibu. Bagaimana aku
bisa hidup? Ibu. Bagaimana aku bisa hidup?”
Keluarga Kang berkumpul di meja makan. Kang Sung Wook “Sudah
lama kita tidak makan malam bersama seperti ini”. Jin Ah “Kita? keluarga yang
sebenarnya? Apa-apaan ini? Bagaimana mungkin aku bisa mempercayainya?”. Kang
Sung Wook “Apa?”. Jin Ah “Ayah. Apa mungkin aku juga sudah ditipu oleh
kalian?”. Choi Yoon Jung “Jin Ah, cukup”. Kang Sung Wook “Kami bersalah. Jadi jangan
membicarakannya lagi, ya? Ayahmu ini sedang stress”. Choi Yoon Jung “Jika kau
membicarakannya lagi ibu akan mengusirmu dari rumah ini”. Jin Ah “Tolong usir
aku sekarang”. Dong Suk “Kalau kau sangat tidak menyukai rumah ini cepatlah
menikah dengan Myung Ho. Bukankah itu mudah?”. Jin Ah “Apa pernikahan itu soal
latar belakang? Kau harus menikahi seseorang itu berdasarkan sifatnya. Kau
tidak ingat ucapannya?”. Choi Yoon Jung “Kau membicarakan dia lagi”. Dong Suk
“Jin Ah, Myung Ho menyukaimu. Dia hanya tidak mau menunjukkannya”. Jin Ah
“Tapi, dia masih saja menemui wanita lain”. Dong Suk “Apa kau juga tidak
menemui pria lain saat kau tidak bersamanya? Mulai sekarang, keluarga Myung Ho
akan menjadi bagian besar dalam bisnis yang kita lakukan. Kalau kau menikahi
dia maka akan menguntungkan untuk perusahaan kita”. Jin Ah “Pernikahan macam
apa ini? Kalau begitu, ini bisnis. Lalu, kenapa tidak kau sendiri saja yang
menikah? Lebih mudah, kan? Apa perlu aku yang mengatur nya? Perusahaan mana
yang kau mau? Grup Yoo Jin atau Grup Sung Dong? Kau juga takkan menikahi
seseorang dengan alasan seperti itu”. Choi Yoon Jung “Jin Ah. Kenapa kau pikir
kalau dia tidak akan menikahi seseorang dari keluarga itu? Jika ada koneksinya,
dia akan melakukannya”. Raut wajah Dong Suk langsung berubah. Jin Ah “Benarkah?
Kau serius? Cepat jawab sekarang!”. Dong Suk “Aku sudah selesai”. Dong Suk
pergi dari meja makan. Jin Ah “Kenapa kau tidak bisa menjawab?”. Choi Yoon Jung
“Jin Ah!”. Jin Ah juga pergi dari meja makan
Goo Duk Kyu berbicara di telepon “Iya, aku sudah sarapan.
Aku harus lembur karena pekerjaanku. Baiklah, aku takkan terlambat. Kalau
begitu, baiklah”. Goo Duk Kyu menutup teleponnya dan bertanya pada beberapa
karyawan yang ramai-ramai melihat layar komputer “Ada apa?”. Yoo Jae menujuk
surat pengumuman jabatan baru yang mencantumkan namanya. Goo Duk Kyu membaca
surat itu “Kau naik jabatan, ya?”. Yoo Jae merasa tidak enak karena Goo Duk Kyu
diturunkan dari jabatannya “Kepala tim, Kau sudah bekerja terlalu keras selama
ini, jadi bukankah itu artinya kau harus istirahat?”. Goo Duk Kyu “Selamat,
senang rasanya bisa hidup sepertimu. Terkadang seharusnya aku lebih berusaha.
Ini semua terjadi karena aku tidak tahu diri. Tidak apa-apa. Untung aku tidak
kehilangan pekerjaanku di usiaku sekarang ini. Kembalilah bekerja”. Dua orang
karyawan wanita membahas masalah pemindahan Goo Duk Kyu. Wanita A “Apa yang
terjadi?Kepala tim Goo tidak melakukan hal yang salah, kan?”. Wanita B “Ini
karena dengan Presiden Kang Ji Hyuk dia bekerja dengan sangat baik”
Goo Duk Kyu masuk di ruangan kerja barunya (lebih mirip gudang).
Goo Duk Kyu “Wua. Ini luas. Isteriku akan senang karena aku takkan lembur. Di
sini menyenangkan dan tenang. Ini bagus”. Goo Duk Kyu duduk di kursi dan kursi
itu patah. Goo Duk Kyu “Bahkan sekarang kursi pun menertawaiku”
Ji Hyuk datang ke pasar Guchangdo yang sudah berubah menjadi
sepi. Ji Hyuk kaget saat melihat semua lapak di pasar sudah ditempel kertas
“Tutup”. Ji Hyuk memanggil-manggil Hong Dal Sook dari luar tempat jualan Hong
Dal Sook yang juga sudah tertutup “Ibu ! Ibu!”. Ahjussi A datang “Ibu? Setelah
yang sudah kau lakukan kau masih sanggup memanggil dia ibumu?”. Ji Hyuk
“Paman”. Ahjussi A “Kau tidak tahu? Setelah kau menjebaknya kau masih tidak
tahu?”. Ji Hyuk “Apa?”. Ahjussi A “Karena ulahmu pada seluruh orang di pasar
yang sudah seperti keluargamu sendiri! Ibumu yang sebenarnya juga bukan ibu
kandungmu yang harus menanggungnya!”. Ji Hyuk “Apa maksudmu?”. Ahjussi A
bercerita “Orang-orang di pasar mencarimu. Dan mereka membuat keributan agar
uang mereka bisa kembali. Dia mengambil uang jaminan untuk restorannya. Dia
membagi uangnya dan dia berikan uang itu pada semua orang. Kau tahu apa yang
dia katakan pada mereka?”. Ji Hyuk “Apa katanya?”. Ahjussi A “Dia ingin mereka
memaafkan dirimu. Ji Hyuk itu pria malang, jadi kumohon maafkan dia”
Ji Hyuk melihat Hong Dal Sook yang berjualan di jalanan, ia
sedih melihat Hong Dal Sook yang berkorban untuk dirinya.
Ji Hyuk sudah mabuk-mabukan di jalan. Ia menabrak pejalan
kaki yang lewat dan jatuh. Ji Hyuk tidak berdiri lagi, ia mengingat
kebersamaannya bersama para pedagang pasar yang sudah seperti keluarganya
sendiri
Ji Hyuk sudah berada di dalam kamarnya, ia terus berpikir
dan akhirnya memutuskan pergi ke Hyun Sung. Ji Hyuk terlihat sangat marah, ia
mengambil tongkat bisbol dan berlari tanpa alas kaki menuju Hyun Sung
Ji Hyuk sampai di depan Hyun Sung dengan telapak kaki yang
sudah berdarah (Poor Ji Hyuk). Ji Hyuk menatap gedung Hyun Sung dengan penuh
amarah.
Mi Ra yang sedang menelpon kaget karena melihat Ji Hyuk yang
sudah berdiri di depan Hyun Sung. Mi Ra menutup teleponnya dan berlari menuju
Ji Hyuk. Ji Hyuk yang tadinya penuh amarah, sadar dan menjatuhkan tongkat
bisbol yang ia bawa. Saat Mi Ra sudah sampai di luar Hyun Sung, Ji Hyuk sudah
tidak berada di tempat itu. Mi Ra melihat tongkat bisbol yang Ji Hyuk
tinggalkan
Goo Duk Kyu memberikan surat pengunduran dirinya pada Dong
Suk. Dong Suk “Kau tidak senang?”. Goo Duk Kyu “Tidak, sama sekali”. Dong Suk
“Lalu, kenapa tiba-tiba kau mengundurkan diri ?”. Goo Duk Kyu “Aku hanya merasa
badanku kurang sehat”. Dong Suk “Dimana?”. Goo Duk Kyu “Punggungku. Aku sudah
duduk dan bekerja selama bertahun-tahun. Punggungku bermasalah, jadi aku tidak
bisa terlalu sering membungkuk. Jadi saat aku bertemu atasanku aku tidak bisa
membungkuk. Sepertinya ini menjadi masalah penting saat bekerja. Dong Suk
“Astaga”. Goo Duk Kyu “Kumohon terima surat pengunduran diriku”. Saat akan
keluar Goo Duk Kyu melihat papan yang menjadi moto Hyun Sung (Kita adalah
keluarga), ia berbicara lagi “Ada satu hal yang membuatku penasaran. Bagi anda,
posisi sebagai Preiden apa anda pernah memikirkan posisi itu untuk orang
lain?”. Dong Suk diam. Goo Duk Kyu melanjutkan kata-katanya “Aku yakin tidak
pernah, kan? Itu hanya posisi yang menguntungkan anda, kan? Itulah perbedaan
antara Presiden Kim Ji Hyuk dan anda. Ngomong-ngomong, semoga hidup anda
menyenangkan”. Dong Suk “Pria bodoh”
Ji Hyuk sedang berpikir, ia mengingat kata-kata Ahjussi A
(Maafkeun akyuu, aku belum tahu namanya siapa..heheh) dan menghubungi Goo Duk
Kyu “Ini aku, Kepala tim Gu. Kim Ji Hyuk”
Mi Ra menindis bel di rumah Ji Hyuk dan yang keluar adalah
Dae Sub. Dae Sub “Ada apa?”. Mi Ra “Soal Ji Hyuk”. Dae Sub “Kenapa kau mau
menemui dia lagi?”. Mi Ra “Dia di sini, kan? Dia kembali, kan?”. Dae Sub “Apa
lagi yang mau kau ketahui? Kau mau tahu apakah dia itu masih hidup atau mati?”.
Mi Ra “Apa?”
Mi Ra berjalan dengan sangat lemah, ia tidak percaya atas
apa yang baru ia dengar dari Dae Sub “Mereka berusaha membunuh dan membuangnya
ke laut. Apa mereka itu manusia?Anjing bahkan lebih baik dibandingkan mereka”.
Dong Suk yang datang untuk menjemput Mi Ra menyuruh Mi Ra
masuk ke mobilnya. Mi Ra “Maaf. Aku ingin istirahat di rumah hari ini”. Dong
Suk “Memangnya kenapa? Kau sakit?”. Mi Ra “Tidak, hanya saja...”. Dong Suk
“Masuklah. Aku akan membuatmu merasa lebih baik. Selain itu, kau akan lebih
sering datang ke rumah kami nanti”
Dong Suk dan Mi Ra sudah berada di sebuah toko tas. Dong Suk
“Kau suka yang mana?”. Mi Ra “Entahlah”. Dong Suk “Apa tidak ada yang kau
sukai?”. Mi Ra “Entahlah, aku tidak tahu”. Dong Suk “Benarkah? Kalau begitu,
mau kupilihkan?”. Dong Suk mengambil sebuah tas “Yang ini bagus. Berikan
sendiri pada adikmu. Aku harus tampil sempurna di depan keluargamu. Dengan
begitu, dia takkan menolak pernikahan ini”. Dong Suk juga membelikan banyak tas
untuk Mi Ra. Mi Ra yang tidak tahan dengan rasa penasarannya, menanyakan tentang
kepergian Ji Hyuk. Dong Suk “Kenapa kau menanyakannya lagi?”. Mi Ra “Tidak
apa-apa. Kurasa aku sudah melihatnya”. Dong Suk “Dimana?”. Mi Ra “Di jalan. Aku
pasti hanya melihat orang yang mirip dengannya”. Dong Suk “Benar. Tidak mungkin
itu dia. Aku mendapat laporan kalau dia sudah pergi ke Amerika”
Goo Duk Kyu sedang duduk di taman. Ia mengeluh tentang hari
yang terasa sangat lama. Ji Hyuk datang “Kepala tim Goo”. Goo Duk Kyu “Wajahmu
kenapa?”. Ji Hyuk “Itu terjadi begitu saja. Bagaimanapun juga maafkan aku”. Goo
Duk Kyu “Kenapa kau minta maaf?”. Ji Hyuk “Sepertinya kau dipecat karena aku”.
Goo Duk Kyu “Ini karena waktu. Lagipula, Hyun Sung Distribusi takkan bertahan
lebih lama lagi. Saat kondisi perusahaan itu mulai turun lebih bagus kalau aku
sudah mendapatkan uang pesangonku sebelum perusahaan itu bangkrut. Itu lebih
bagus. Ngomong-ngomong, kenapa anda ingin menemuiku?”. Ji Hyuk “Aku tidak
melakukan perintah mereka”. Goo Duk Kyu “Aku sudah tahu. Meskipun singkat, aku
sudah mengawasi anda dengan baik saat bekerja. Aku sudah bekerja di Hyun Sung
selama 20 tahun. Yang berbohong atau yang mencuri milik orang lain. Biasanya
aku tahu”. Ji Hyuk “Jujur... Aku hanya ingin membunuh mereka semua. Jika aku
mempertaruhkan nyawaku dan mencoba melakukannya aku mungkin berhasil. Tapi meskipun
aku membunuh mereka semua kurasa itu semua akan sia-sia”. Goo Duk Kyu “Anda
sudah membuat keputusan yang tepat”. Ji Hyuk “Masalahnya adalah selanjutnya selanjutnya
aku tidak tahu yang harus berbuat apa. Kira-kira aku harus apa? Apa yang harus
kulakukan agar orang-orang di sekitarku tetap aman? Itulah yang tidak kuketahui”.
Goo Duk Kyu “Ini karena orang-orang di pasar, kan? Astaga, iya, soal itu”. Ji
Hyuk “Kepala tim Goo, Kaulah satu-satunya orang yang bisa kupercaya. Aku harus
bagaimana kumohon bantu aku”. Goo Duk Kyu “Soal itu memang sangat sulit”. Ji
Hyuk “Seseorang mati karena aku. Aku sudah membiarkan hal ini terjadi. Kumohon
bantu aku, Kepala tim Goo”
Ji Hyuk terus mengikuti dan meminta bantuan dari Goo Duk Kyu.
Goo Duk Kyu “Kenapa anda masih melakukan hal ini padaku? Aku sudah dipecat.Tidak
ada lagi yang bisa kulakukan, paham? Pergilah”. Ji Hyuk “Tapi Kepala tim, Hanya
kau yang bisa kuandalkan”. Goo Duk Kyu “Benarkah? Kalau begitu, lakukan saja
sesuai ucapanku ini. Rebut kembali Hyun
Sung Distribusi. Maka, semuanya akan selesai. Anda menjadi Presdirnya lagi dan berikan
kompensasi yang sesuai pada orang-orang di pasar itu. Paham? Aku pergi dulu”.
Ji Hyuk “Tunggu. Agar bisa melakukannya aku harus bagaimana?”. Goo Duk Kyu “Apanya
yang harus bagaimana? Jika aku tahu caranya, apa sekarang ini aku akan menjadi
pengangguran? Aku sudah melakukannya dan menjadi Presidennya sendiri”. Ji Hyuk “Jika
aku bisa melakukannya aku rela menukarnya dengan jantungku”
Keluarga Kang dan Keluarga Moon (Keluarganya Myung Ho)
sedang berkumpul. Kang Sung Wook “Maaf seharusnya kami mengundang kalian sejak
dulu”. Ayah Myung Ho “Tidak apa-apa. Akhir-akhir ini, kurasa anda cukup sibuk”.
Kang Sung Wook “Ada banyak hal yang sudah terjadi”. Ayah Myung Ho “Aku kaget
saat membaca berita di koran. Kukira dunia sudah menggila”. Kang Sung Wook “Ah
Iya, Ngomong-ngomong, kenapa Jin Ah lama sekali?”. Choi Yoon Jung “Aku yakin
dia berdandan agar terlihat cantik di depan kita. Itu dia”. Choi Yoon Jung
menunjuk Jin Ah yang baru turun dari tangga, Jin Ah sedang berbicara di telepon
“Cepat temukan dia sekarang! Dia sudah punya tiket dua. Apa? Dari foto yang
kukirimkan padamu wajah Kim Ji Hyuk yang ada di bandara berbeda? Kau yakin? Baiklah.
Sampai nanti”. Kang Sung Wook kaget karena Jin Ah mencari tahu tentang Ji Hyuk
Jin Ah yang kesal karena tidak mendapatkan kabar baik
tentang Ji Hyuk duduk di sebelah Myung Ho. Choi Yoon Jung menegur Jin Ah “Kang
Jin Ah. Kau tidak menyapa?. Jin Ah menyapa orang tua Myung Ho dengan ekspresi
yang datar. Myung Ho “Salam macam apa itu?”. Jin Ah “Lalu, aku harus bagaimana?”.
Myung Ho “Salammu tidak tulus”. Jin Ah berdiri dan mengucapkan salam dengan
bahasa kerajaan (ahahahah) “Bagaimana kabar anda? Semoga panjang umur”. Jin Ah “Puas?”.
Myung Ho kesal melihat Jin Ah tetapi Ayah Myung Ho malah tertawa melihat
kelakuan Jin Ah. Ayah Myung Ho “Aku suka Jin Ah yang cool seperti ini. Setelah
mereka menikah Myung Ho yang masih tidak tahu apa-apa, akan diikat terus oleh
Jin Ah, iya kan? Bukankah begitu, istriku?”. Dong Suk “Maafkan aku Presiden. Aku
minta maaf atas kelakuan adikku”. Ayah Myung Ho “Tidak apa-apa, sungguh. Aku
sangat menyukainya. Itu bagus”
Goo Duk Kyu berbicara di telepon “Iya. Senin? Aku mengerti. Sampai
nanti. Terima kasih”. Goo Duk Kyu menutup teleponnya dan berbicara dengan Ji
Hyuk “Sekarang, kita sudah membuat janji. Anda akan menemuinya”. Ji Hyuk “Siapa?”.
Goo Duk Kyu “Presiden Jo Hwa Soo. Hyun Sung sesekali harus meminta bantuannya saat
terjadi sesuatu yang buruk. Anggap saja dia pemain terkenal dalam uang tunai”.
Ji Hyuk “Tapi kenapa aku menemuinya?”. Goo Duk Kyu “Dia selalu mengawasi Hyun Sung distribusi”. Ji Hyuk “Benarkah? Kalau
begitu, kami punya tujuan yang sama”. Go o Duk Kyu “Benar sekali. Pokoknya, aku
akan menelepon anda hari Senin”. Ji Hyuk “Terima kasih, Kepala tim. Terima
kasih banyak. Aku pasti akan mengangkat teleponmu hari Senin”. Goo Duk Kyu “Tunggu
sebentar. Kurasa aku harus mengatakannya pada anda. Mengenai Presdir Jo Hwa
Soo. Anda tahu apa itu penjahat, kan? Seorang penjahat dalam film. Dia itu
seperti penjahat. Penjahat terbaik yang pernah kulihat. Anda takkan menyesal, kan?”.
Ji Hyuk “Tidak. Aku takkan menyesal”
Jin Ah memainkan Cellonya untuk semua orang yang hadir di
rumahnya. Ia mengingat kenangannya bersama Ji Hyuk dan menangis. Jin Ah
berhenti memainkan Cellonya dan membuat semua orang heran. Jin Ah “Ayah. Aku
tidak tahan kalau aku tidak tahu apa-apa. Apa yang sudah Ayah lakukan padanya?”.
Kang Sung Wook merasa tidak enak dengan pertanyaan Jin Ah, karena di situ ada
Keluarga Moon “Maksudmu siapa?”. Jin Ah “Siapa lagi kalau bukan Kim Ji Hyuk. Kudengar
dia ke Amerika. Kudengar dia sudah mau berangkat. Tapi, ada orang lain yang
datang. Dia bukanlah orang yang akan melakukan hal semacam itu”. Kang Sung Wook
“Kenapa kau membicarakannya di depan tamu kita? Kau sudah gila?”. Jin Ah “Seberapa
besar Ayah berusaha menyiksanya, aku tetap akan melindunginya. Aku!”. Jin Ah
pergi meninggalkan keluarganya dan keluarga Myung Ho.
Myung Ho mengejar Jin Ah. Myung Ho “Apa maksudmu?”. Jin Ah “Sekarang,
carilah orang yang kau sukai. Aku juga akan mencari pria yang kusukai”. Myung
Ho “Hei. Wanita yang aku sukai itu kau”. Jin Ah “Sudah terlambat”
Ayah dan Ibu Myung Ho juga berdiri dari kursi mereka. Ayah
Myung Ho “Terima kasih sudah mengundang kami. Kami sudah menerima hadiah yang
sangat mahal hari ini. Istriku, kita pulang sekarang”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar