Jang Mi sangat marah dan terus memukuli Ki Tae dengan sebuah
ikan kering “Hei, aku menderita
karenamu!”. Semua Bibi Ki Tae yang hadir diupacara peringatan Kakek Ki Tae
berusaha untuk melepaskan Jang Mi dan Ki Tae tetapi tidak bisa. Jang Mi yang
sangat kuat dan marah bahkan mendorong Ki Tae sampai menghancurkan meja
persembahan untuk mendiang Kakek Ki Tae.
EPISODE 4
UNTUK SIAPA KITA
MEMASAK PANCAKE
D-4
Jang Mi memapah Ki Tae yang kelihatan sangat lemah dan
pucat. Ki Tae “Aku baik baik saja. Tidak usah begini”. Ki Tae melepaskan tangan
Jang Mi dan membuatnya hampir jatuh karena badannya sangat lemah. Jang Mi
menyuruh Ki Tae untuk naik ke punggungnya dan akhirnya ia pun menggendong Ki
Tae (Piggy back) “Kau tidak baik baik saja. Kita harus ke RS”.
Se Ah yang juga
datang ke rumah Ki Tae berpapasan dengan Jang Mi yang sedang menggendong Ki
Tae. Se Ah “Apa yang terjadi?”. Ki Tae merasa turun dari punggung Jang Mi. Ki
Tae “Ah, tidak ada”. Jang Mi “Dia pingsan di kamar mandinya”. Se Ah “Kau
pingsan? Ada yang luka?”. Ki Tae “Tidak ada yang luka”. Jang Mi menunjuk-nunjuk
kepalanya “Aku pikir kepalanya”. Se Ah
“Kepala?”. Jang Mi mengangguk. Ki Tae “Aku?”. Jang Mi melanjutkan “Dia jadi
bersikap aneh”. Jang Mi mengingat saat Ki Tae memeluknya dengan erat “Mentalnya
bermasalah. Pokoknya dia jadi tidak normal”. Se Ah “Ayo kita ke RS”. Ki Tae
“Aku baik baik saja kok. Aku kan dokter”. Jang Mi memukul Ki Tae “Kau gila. Kau
harus pergi, dia kan juga dokter. Ayo naik ke punggungku”. Jang Mi kembali
menggendong Ki Tae “Bertahanlah”
Ki Tae, Jang Mi dan Se Ah sudah dalam perjalanan menuju
rumah sakit. Jang Mi yang duduk disebelah Ki Tae memegang kepala Ki Tae “Kau
demam”. Se Ah kelihatan cemburu dan melihat ke arah Jang Mi dan Ki Tae lewat
kaca spionnya. Ki Tae melepaskan tangan Jang Mi “Awas! Kepalaku sakit”. Jang Mi
memegang kepala Ki Tae lagi “Kepalamu yang sakit! Di mana yang terbentur? Di
belakang? Atau di depan? Kau pusing?
Kalau begitu tutuplah matamu”
Jang Mi, Ki Tae dan SeAh sudah berada di ruang emergency.
Dokter “Kau terkunci di kamar mandimu? Tidak ada yang terluka?”. Ki Tae
“Tidak”. Jang Mi “Kenapa kau tidak beritahu aku?”. Ki Tae “Kan sudah berapa
kali aku bilang aku baik baik saja”. Jang Mi “Aku pikir kau sedang sekarat”.
Seorang perawat muncul dan memanggil Dokter itu karena ada pasien yang baru
masuk.
Saat Dokter baru saja pergi, Ki Tae mau melepaskan infusnya.
Se Ah “Habiskan infusmu dulu. Kau kan belum makan selama 48 jam. Kalau bukan
karena Joo Jang Mi tidak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi padamu. Jang
Mi adalah penyelamatmu. Dan aku juga datang karena dia bilang padaku
tentangmu”. Ki Tae “Kau suka sekali menyebar rumor dimana-mana. Aku mau
pulang”. Jang Mi “Tunggu ! Lihatlah keluargamu dulu, sebelum kau pergi. Mereka
akan segera sampai”. Ki Tae “Bagaimana mereka bisa tahu?”. Jang Mi “Aku
menelepon nenekmu. Kupikir kau terluka parah”. Se Ah “Kau kenal keluarganya?”.
Jang Mi “Itu karena…”. Ki Tae “Keluarga kami telah saling mengenal. Kau harus
pergi sekarang”. Jang Mi “Sepertinya kau sudah baik-baik saja sekarang.
Baiklah, aku akan pergi”. Jang Mi pamit pulang pada Se Ah tetapi Ki Tae malah
memegang tangannya “Kau tetap di sini”. Ki Tae berbicara pada Se Ah yang
berdiri disebelahnya “Aku minta maaf. Dan juga terima kasih. Kau harus pulang
sekarang”. Se Ah “Lagipula aku juga ingin istirahat. Aku akan pulang duluan.
Tolong jaga Ki Tae ya”. Jang Mi “Ya”
Se Ah keluar dari RS dan tampak kecewa karena Ki Tae
menyuruhnya pulang. Ia masuk ke dalam mobilnya dan mengingat Ki Tae yang
memegang tangan Jang Mi lalu meminta Jang Mi untuk tinggal. Se Ah pun pergi dan
disaat yang bersamaan keluarga Ki Tae sampai di RS
Jang Mi sudah duduk di sebelah Ki Tae “Kau sangat kekanak-kanakan.
Kau membuat dia cemburu ya?”. Ki Tae “Bukan seperti itu. Jika Ibuku melihatnya,
masalah akan jadi rumit”. Jang Mi “Dia pasti akan menyukainya”. Ki Tae “Itulah
masalahnya”.
Keluarga Ki Tae masuk ke dalam ruang emergency dan membuat
Jang Mi juga Ki Tae bersiap-siap untuk berakting lagi. Nenek dan Bibi Ki Tae
yang baru masuk langsung memegang badan Ki Tae dan menanyakan keadaan Ki Tae
“Apa yang terjadi? Dimana yang luka?”. Ki Tae “Ah Bibi”. Ibu Ki Tae melihat ke
arah Jang Mi “Kau suka sekali buat masalah, hah?”. Bibi Ki Tae “Ya. Kita terus
saja bertemu di UGD. Jadi, kau harus baik pada mertuamu. Benarkan Unni?”. Jang
Mi “Maafkan aku. Tapi, aku belum jadi menantunya”. Bibi Ki Tae “Apa?”. Ki Tae
tersenyum. Jang Mi “Mereka sudah di sini, jadi aku akan pergi sekarang. Aku
pergi dulu”. Ki Tae memegang tangan Jang Mi “Jangan pergi. Tetaplah bersamaku.
Aku ingin bersamanya di sini. Jadi, kalian pulang saja”. Bibi Jang Mi “Hei kami
sangat khawatir padamu! Kami terbangun tengah malam karenamu!”. Ki Tae “Kalian
tidak membantu di sini. Aku cuma mau istirahat di sini”. Nenek Ki Tae “Tapi,
kami ingin dengar cerita yang sebenarnya. Di mana yang terluka?”. Ki Tae “Ini
masalah serius. Aku bahkan tidak yakin. Tapi, jantungku sepertinya mau
berhenti, jika aku tidak melihat Jang Mi. Aku butuh dia, agar aku bisa bernapas.
Aku tidak tahu apakah itu cardiopulmonary atau masalah di mentalku. Jadi,
mereka perlu melakukan lebih banyak pemeriksaan”. Bibi dan Ibu Ki Tae kelihatan
geli dengan omong kosong Ki Tae (Hahahaha). Nenek Ki Tae tertawa “Berarti, kau
baik baik saja. Kondisi mentalmu yang bermasalah”. Jang Mi “Pintu kamar
mandinya rusak, jadi dia terkunci didalamnya. Jadi, tidak usah khawatir”. Nenek
Ki Tae “Astaga, hal seperti itu yang terjadi?”. Ki Tae memegang tangan Jang Mi
lagi “Jika bukan karena dia, aku pasti sudah mati kelaparan”. Nenek Ki Tae juga
ikut memegang tangan Jang Mi dan berterima kasih “Terima kasih! Kau penyelamat
cucuku!”. Ibu Ki Tae “Sudah cukup. Ayo
pulang”. Bibi Ki Tae “Aku akan mengawasimu
Saat keluarga Ki Tae sudah pergi, Jang Mi dan Ki Tae segera
melepas pegangan tangan yang mereka lakukan (LOL). Jang Mi memukul kepala Ki
Tae. Ki Tae “Aw kenapa?”. Jang Mi “Berhentilah memanfaatkanku!”.
Di dalam mobil Nenek Ki Tae protes karena Ibu dan Bibi Ki
Tae memarahi Jang Mi saat di RS tadi. Bibi Ki Tae “Aku pikir Ki Tae begitu
karena kecerobohan Jang Mi lagi . Karena kemarin saat Ibu mabuk dan pingsan,
itu karena dia”. Nenek Ki Tae “Tapi, aku bisa tidur lebih nyenyak, karena
insiden itu. Keriputku menghilang, dan kulitku mengkilap”. Ibu Ki Tae “Kau
mengalami edema. Jadi, aku akan memasak bubur, untuk mengempeskan
pembengkakanmu”. Nenek Ki Tae “Kau tidak selalu benar. Dan kau tidak usah,
menghakimi orang lain dengan mudahnya. Dia sebenarnya orang yang bertanggung
jawab. Dia juga bisa membuat pancake yang enak”. Bibi Ki Tae “Benarkah? Itu
bisa jadi nilai plus untuk keluarga kita”. Ibu Ki Tae “Tapi, dia harus bisa
mendukung pekerjaan Ki Tae”. Bibi Ki Tae “Aku setuju. Dunia telah berubah”.
Nenek Ki Tae “Ki Tae tidak bisa hidup tanpa Jang Mi. Jang Mi membuatnya ingin
terus hidup. Apa lagi yang kalian inginkan?”. Bibi Ki Tae “Dia memang sangat
menginginkannya. Dan jika kau terus menentangnya, dia pasti akan memutuskan
hubungannya dengan kita”
Ibu Ki Tae memberikan tatapan seramnya dan membuat Bibi Ki
Tae berhenti berbicara. Nenek Ki Tae “Coba baik padanya, dan berteman
dengannya”. Ibu Ki Tae “Ya. Aku akan melakukan seperti yang kau katakan”
D-3
Jang Mi yang baru sampai di rumahnya kaget saat melihat Ibu
Ki Tae yang keluar dari dalam rumahnya bersama dengan Ibunya. Ibu Ki Tae “Aku
harap ini bukan permintaan yang sulit”. Ibu Jang Mi “Tidak. Percaya saja
padaku”. Jang Mi mendekat dan memberikan salamnya pada Ibu Ki Tae “Apa kabarmu?
Apa yang membuatmu kesini?”. Ibu Ki Tae tersenyum pada Jang Mi, tapi ia tidak
menjawab pertanyaan Jang Mi dan pamit pulang. Ibu Jang Mi “Sampai jumpa”. Jang
Mi “Sampai jumpa”. Ibu Jang Mi “Semoga selamat sampai tujuan, besan!”
Saat
mobil Ibu Ki Tae sudah pergi, Jang Mi yang penasaran segera menanyakan apa
alasan Ibu Ki Tae datang ke rumahnya. Ibu Jang Mi melihat ponselnya “Ayahmu
pasti akan mengeluh lagi. Ayo kita bicara di restoran saja”. Jang Mi “Ibu!”
Ibu Jang Mi memberitahu Jang Mi bahwa Jang Mi diminta datang
untuk membantu saat upacara peringatannya Kakek Ki Tae. Jang Mi “Upacara
Peringatan?”. Ibu Jang Mi “Kau bantu mereka disana”. Jang Mi “Tapi, kenapa
harus aku?”. Ibu Jang Mi “Kau bisa dapat poin bagus dari mereka. Kegiatan ini
baik untuk menghormati keluarga. Jadi, kau bisa terbiasa dengan mereka sebelum
menikah nanti”. Jang Mi “Apa kau benar-benar Ibuku? Para Ibu lainnya benci anak
gadis mereka, menderita dengan masalah mertua”. Ayah Jang Mi juga setuju dengan
Jang Mi “Dia kan bisa melakukannya selamanya, setelah menikah nanti. Tapi,
kenapa dia harus pergi sekarang?”. Ibu Jang Mi “Kau tidak pernah peduli padaku,
tapi kau selalu peduli pada putrimu? Jangan khawatir. Memasak pancake beberapa
kali dalam setahun jauh lebih baik daripada harus menggoreng ayam berlemak
setiap hari”. Jang Mi “Aku tidak akan menikah dengan Ki Tae. Maaf karena aku
telah berbohong, tapi sebenarnya kami tidak ada hubungan”. Ibu Jang Mi
“Astagaa, kebohongan apa lagi ini? Memangnya apa yang salah? Kenapa kau tidak
mau menikah dengannya?”. Jang Mi “Jangan pikirkan yang Ibu inginkan saja.
Dengarkan aku dulu!”. Pelanggan rumah makan Jang Mi yang sudah mabuk protes
karena mereka sangat berisik, ia juga meminta Jang Mi untuk menuangkan minuman
padanya. Ibu Jang Mi kesal “Dasar brengsek”. Ayah Jang Mi “Tenanglah, aku yang
akan mengurusnya”.
Ibu Jang Mi tidak mendengar kata-kata Suaminya, ia mengambil
daging ayam yang baru saja ia goreng dan melemparkannya kepada pelanggan yang
sedang mabuk itu “Keluar! Pergi ke bar mahal jika kau mau ditemani para
gadis!”. Pelanggan itu marah karena diperlakukan seperti itu (Padahal dia yang
salah). Jang Mi menahan Ibunya “Ibu sudahlah”. Ayah Jang Mi “Maaf. Dia putriku.
Hari ini tidak usah bayar”. Pelanggan itu pun keluar dari rumah makan keluarga
Jang Mi. Ibu Jang Mi protes lagi “Kenapa kau ini? Kenapa tidak mengambil uang
mereka?”. Ayah Jang Mi “Kau harus mengusir orang mabuk dengan cara seperti
itu”. Ibu Jang Mi “Kau ini ayah yang lembek. Itu sebabnya dia tidak mau
menikah. Kenapa kau membiarkan hal seperti ini? Sudah kubilang, tidak usah jual
minuman keras!”. Ayah Jang Mi “Kenapa kau malah bawa Jang Mi ke sini?”. Ibu
Jang Mi “Jadi, kau menyalahkanku sekarang?”. Ayah Jang Mi “Kau duluan yang
menyalahkanku! Selalu saja, semuanya salahku!”. Jang Mi
“Berhentilah”. Ibu Jang Mi “Lupakan saja. Kita berpisah saja!”
Ibu Jang Mi mengambil surat cerai dan stempel yang ia simpan
lalu menunjukkannya pada Suaminya . Jang Mi “Surat itu masih di simpan? Kau
selalu bilang begitu sejak aku SMA”. Ibu Jang Mi “ Aku bertahan, agar anakku
tidak sulit dalam menikah. Tapi, kau malah tidak ingin menikah. Jadi, sudah
saatnya kami berpisah sekarang!”. Jang Mi “Ibu?”. Ibu Jang Mi “Apa?”. Jang Mi “Aku
akan ke rumah mereka!”. Ibu Jang Mi “Kau akan pergi?”. Jang Mi merengek (LOL)
D-2
Jang Mi datang ke RS Ki Tae dan memberitahu Ki Tae tentang
apa yang sedang ia alami. Ki Tae “Kau harus pergi”. Jang Mi “Aku harus pergi?
Tapi, kau terlihat tidak peduli begitu. Ini kan ritual keluargamu”.Ki Tae
“Jadi, kenapa kau malah ingin merumitkan masalah keluarga orang lain?”. Jang Mi
“Hei, aku sudah menyelamatkan hidupmu”. Ki Tae “Kaulah yang hampir membunuhku.
Kau yang merusak pintu kamar mandiku”. Jang Mi “Kau langsung memelukku
erat-erat, setelah melihatku datang”. Ki Tae jadi salah tingkah karena membahas
pelukannya. Jang Mi “Mungkinkah. Kau mulai punya perasaan padaku? Jadi, itu
sebabnya kau menyuruh pergi ke acara itu? Karena kau benar-benar ingin menikah
denganku?”. Ki Tae “Aku ingin kau pergi karena aku tidak ingin menikah. Ibuku
mengundangmu karena dia tidak ingin kau jadi menantunya”. Jang Mi “Apa
maksudmu?”. Ki Tae “Dia ingin kau merasakan, kalau posisi menantunya sangatlah
susah. Jadi, dia ingin kau menyerah dengan sendirinya. Dia pasti akan
bilang,dia sudah melakukan yang terbaik untuk menerimamu”. Jang Mi “Mari kita
mengaku saja”. Ki Tae “Tidak, sudah terlambat. Pikirkan konsekuensinya”. Jang
Mi “Kebohongan kita semakin banyak. Kita harus akhiri ini”. Ki Tae “Kalau kau
mau seperti itu. Kita harus membuat Ibuku memisahkan kita. Jika dia bilang dia
tidak bisa, menerima wanita tolol ini sebagai menantunya. Kita bisa akhiri
kesepakatan kita ini”. Jang Mi “Kenapa harus begitu?”. Ki Tae “Karena hal ini
telah jadi pertarungan harga diri sekarang. Aku tidak bisa menyerah begitu
saja. Kita lihat siapa yang mengibarkan bendera putih duluan”. Jang Mi “ Kenapa
aku harus terlibat, dalam pertarungan harga dirimu ini?”. Ki Tae “Ini
permintaan terakhirku. Tunjukkan sosok dirimu yang paling jelek di hari itu”.
Jang Mi “ Aku harus bagaimana?”. Ki Tae “ Jadilah dirimu yang biasanya. Dirimu
yang biasa”
Jang Mi dan Ki Tae keluar dari RS Ki Tae. Ki Tae “Aku mau
istirahat di rumah hari ini. Jadi, jangan datang”. Jang Mi “Lagian, aku juga
punya rencana lain”. Ki Tae “Dengan siapa?”. Yeo Reum muncul “Dengan aku”. Jang
Mi tersenyum melihat Yeo Reum. Jang Mi “Aku pergi dulu ya”.
Yeo Reum dan Jang Mi sedang jalan kaki menuju sebuah rumah
makan. Dari belakang mereka ada Ki Tae yang mengikuti mereka dan terlihat
cemburu (Ugh lala). Ki Tae “Mereka berdua benar-benar…”.
Yeo Reum dan Jang Mi sampai di sebuah rumah makan. Jang Mi
“Bibi, tolong 2 mie dinginnya”. Ki Tae juga masuk dan duduk di sebelah Jang Mi
“1 mi sashimi juga”. Jang Mi “Kenapa kau ke sini?”. Ki Tae “Bagaimana bisa aku
membiarkan wanitaku makan dengan pria lain? Kau tidak tahu Joo Jang Mi wanitaku
ya?”. Yeo Reum “Yang aku tahu, dulunya dia pacarnya bosku. Dan aku tahu Ki Tae
Hyung dan bosku berteman”. Ki Tae “Cinta itu lebih utama dari persahabatan
bagiku”. Yeo Reum “Kalau begitu kau pasti memahamiku. Kita cool dengan masalah
seperti ini”. Ki Tae memasang wajah seriusnya “Apa maksudmu?”. Yeo Reum “Jangan
menakutkan seperti itu. Memangnya aku berani? Kau jauh lebih kaya dan lebih tua
dariku”. Jang Mi menahan senyum saat mendengar kata lebih tua (LOL). Ki Tae
mulai kesal “Kau punya banyak wanita”. Yeo Reum “Tapi, tidak ada yang seperti
Jang Mi”. Ki Tae emosi tetapi ia tetap berusaha terlihat santai. Jang Mi
“Hentikanlah”.
Bibi pemilik rumah makan mengantarkan pesanan Ki Tae, Jang
Mi dan Yeo Reum. Yeo Reum mengambil sumpit dan memberikan sumpit itu pada Jang
Mi. Ki Tae kesal karena Yeo Reum sangat perhatian pada Jang Mi. Ia juga mencoba
menjadi perhatian dengan mengambil gunting dan mau memotong mie Jang Mi. Jang
Mi “Jangan potong punyaku”. Yeo Reum “Aku juga tidak suka mieku dipotong.
Selera kita sama”. Ki Tae masih menahan emosinya dan memotong mienya sendiri.
Yeo Reum “Mie dingin adalah yang terbaik. Benarkan?”. Jang Mi mengangguk. Ki
Tae berhenti memotong mienya dan mengambil mangkuk Jang Mi “Kami sering berbagi”.
Ki Tae meminum kuah mie Jang Mi. Yeo Reum “Apa kalian sudah tidur bersama?”. Ki
Tae tersedak mendengar kata tidur bersama. Yeo Reum “Ternyata belum”. Ki Tae
“Memangnya kenapa kalau sudah?”. Jang Mi “Kalian berdua, hentikanlah”. Yeo Reum
“Aku tidak peduli jika memang sudah”
Jang Mi menarik Ki Tae keluar dari rumah makan itu. Ki Tae
“Kenapa?”. Jang Mi “Apa yang kau lakukan?”. Ki Tae “Bagaimana denganmu? Kau
sungguh mau pacaran dengannya?”. Jang Mi “Jangan khawatir, aku baru mulai
mengenalnya. Aku akan berhati-hati”. Ki Tae “Kau tidak boleh dengan Han Yeo
Reum”. Jang Mi “Bukan urusanmu”. Ki Tae “Ini urusanku! Bagaimana jika Ibuku
melihatmu bersama pria lain?”. Jang Mi “Lagipula kita akan menyelesaikan
semuanya sebentar lagi”. Ki Tae “Jadi, berkencanlah setelah urusan kita
selesai. Kacaukan dulu upacara peringatan itu”. Yeo Reum juga keluar dan
memberikan bill pada Ki Tae “Tagihannya”. Jang Mi memberi kode pada Ki Tae dan
Ki Tae pun masuk untuk membayar tagihan mereka. Yeo Reum memegang tangan Jang Mi “Ayo pergi”
Saat Ki Tae keluar lagi Jang Mi dan Yeo Reum sudah pergi. Ki
Tae “Kenapa mereka berdua…”. Ki Tae mengeluarkan ponselnya dan mengirim sebuah
pesan pada Jang Mi.
Jang Mi yang sedang melarikan diri bersama Yeo Reum
tiba-tiba berhenti berlari dan membaca pesan yang masuk “Bibiku bisa saja
memata-mataimu. Jangan sampai ketahuan”. Yeo Reum mau membaca pesan Jang Mi dan
Jang Mi pun cepat-cepat menutup ponselnya. Jang Mi tersenyum begitupun Yeo
Reum. Jang Mi melihat ke sekelilingnya “Kau ingin pergi ke tempat yang sepi?”.
Yeo Reum “Kau suka tempat-tempat tersembunyi, ya?”. Jang Mi mengangguk
Jang Mi terlihat was-was dan terus mengawasi sekelilingnya.
Yeo Reum datang dan memberikan minuman pada Jang Mi. Jang Mi “Terima kasih”.
Yeo Reum menyadari bahwa Jang Mi kelihatan tidak tenang “Apa seseorang
mengikutimu?”. Jang Mi “Ah aku hanya merasa seperti ada seseorang yang melihat
ke arahku”. Yeo Reum “Kau harus terbiasa dengan itu. Semua orang tertarik
padaku (Toeng!!)”. Jang Mi tertawa mendengar lelucon Yeo Reum. Yeo Reum “Kau
mengkhawatirkan Ki Tae Hyung?”. Jang Mi “Ya”. Yeo Reum “Kalian benar benar
berkencan?”. Jang Mi “Aku tidak tahu”
Sebuah mobil tiba-tiba berhenti di dekat Jang Mi dan Yeo
Reum. Jang Mi berusaha melihat ke dalam mobil itu tetapi tidak bisa karena
sangat gelap. Mobil itu menyalakan lampunya dan membuat Jang Mi takut, ia pun
menutup wajahnya dan mengajak Yeo Reum untuk pindah dari tempat itu.
Jang Mi berjalan menunduk sambil menutupi wajahnya, Yeo Reum
juga mengikutinya dari belakang. Jang Mi bersembunyi di balik pohon dan melihat
ke arah mobil yang menyenternya tadi. Yeo Reum “Kenapa kau bersembunyi?”. Jang
Mi “Aku juga tidak tahu”
Jang Mi berhenti bersembunyi dan mengajak Yeo Reum untuk
pergi, saat ia berbalik dan melihat ke arah salah satu pasangan yang duduk
ditaman itu, ekspresi paniknya muncul lagi. Jang Mi mendorong Yeo Reum
“Sembunyi”. Jang Mi dan Yeo Reum akhirnya duduk di salah satu bangku di dekat
pasangan itu. Jang Mi diam-diam memperhatikan pasangan itu. Yeo Reum “Kau kenal
mereka?”. Jang Mi “Ibu”. Jang Mi takut
ketahuan karena menyadari salah seorang dari pasangan yang didepannya adalah
Ayah Ki Tae dan Ayah Ki Tae sedang duduk bersama seorang wanita yang menutupi
kepalanya. Jang Mi “Aku takut”. Selendang yang menutupi wanita yang bersama
Ayah Ki Tae tiba-tiba terbang karena tertiup angin dan jatuh didekat bangku
yang diduduki Jang Mi dan Yeo Reum. Ayah Ki Tae mengambil selendang itu dan
membuat Jang Mi memegang kepala Yeo Reum agar tidak dilihat oleh Ayah Ki Tae.
Yeo Reum memajukan bibirnya tapi Jang Mi
malah memukuli bibirnya. Jang Mi berbalik dan melihat wajah wanita itu, ia
sadar bahwa wanita yang bersama Ayah Ki Tae bukanlah Ibu Ki Tae. Ia kelihatan
sangat shock apalagi saat melihat Ayah Ki Tae mencium kening wanita itu “Bukan.
Dia bukan Ibu mertua”.
Ayah Ki Tae dan selingkuhannya akhirnya pergi dari taman
itu. Yeo Reum melihat ke arah Ayah Ki Tae dan bertanya pada Jang Mi “Siapa itu?
Katakan padaku”. Jang Mi “Ayo pulang saja”. Yeo Reum “Sekarang?”. Jang Mi “Ya,
maaf. Aku pulang duluan”. Yeo Reum “Aku akan mengantarmu”. Jang Mi “Tidak usah!
Aku ingin pergi sendiri”.
Yeo Reum lewat di dekat mobil yang yang menyenternya saat
bersama Jang Mi tadi. Ia memperhatikan mobil dan mendekat. Kaca mobil itu pun
terbuka dan dari dalam mobil itu Se Ah menyuruh Yeo Reum untuk masuk. Se Ah
“Kau sepertinya dekat dengan Jang Mi. Memangnya apa hubungan kalian?”. Yeo Reum
“Dia berbeda dengan wanita lain. Semua orang tertarik padanya”. Se Ah “Aku
langsung ke intinya saja. Aku tertarik pada Ki Tae”. Yeo Reum “Ki Tae Hyung?”.
Se Ah “Aku dengar dia dan Jang Mi sudah bertemu dengan orang tua
masing-masing”. Yeo Reum “Tidak mungkin”. Se Ah “Aku juga berpikir begitu. Ki
Tae tidak mungkin tulus padanya”. Yeo Reum tertawa “Aku rasa malah sebaliknya.
Aku pikir Ki Tae Hyung tulus padanya. Dialah yang sangat serius. Tapi, Jang Mi
yang tidak peduli. Mungkin saja, karena Jang Mi tertarik padaku”. Se Ah “Kau
bisa mencari tahu hubungan mereka untukku?
Fakta tentang mereka”. Yeo Reum “Kenapa harus aku?”. Se Ah “Bukankah kau
dan Jang Mi sedang mengenali satu sama lain? Kau akan membunuh 2 burung dengan
satu batu”. Se Ah memberikan sebuah amplop yang berisi uang pada Yeo Reum. Yeo
Reum melihat isi amplop itu “Aku harus makan enak dengan Jang Mi”.
Jang Mi sudah berada di atas bus. Ia masih memikirkan Ayah
Ki Tae yang ia lihat bersama wanita lain. Jang Mi “Apa yang harus ku lakukan Ki
Tae?”
Di rumahnya, Ki Tae sedang membuka tutup pintu kamar
mandinya. Ki Tae berbicara sendiri “ Kenapa harus Yeo Reum dari semua pria?
Seleranya tentang pria sangat buruk”.
D-1
Jang Mi sedang bekerja dan masih memikirkan tentang masalah
perselingkuhan Ayah Ki Tae. Jang Mi “Katakan padanya, atau tidak? Katakan
padanya atau tidak?”. Hyun Hee mendekat pada Jang Mi “Apa yang mengganggumu?”.
Jang Mi “Tidak ada”. Hyun Hee “Aku kecewa. Kita dulu selalu berbagi segalanya.
Apa ini karena Hoon Dong Oppa? Persahabatan para wanita memang cetek”. Jang Mi
“Bukan, bukan seperti itu”. Hyun Hee “Aku begitu demi kebaikanmu”. Hyun Hee
“Aku tahu”. Hyun Hee “Kau tidak percaya padaku. Tapi, itu benar. Tanya
sendiri saja pada Hoon Dong Oppa”
Hoon Dong muncul dan membawa bunga. Hyun Hee “Kalian berdua
bicaralah”. Jang Mi “Hyun Hee apa yang kau pikirkan?”. Hyun Hee “Dia sangat
menyakiti hatimu. Sehingga membuat kau berkencan dengan sembarang pria. Aku
tidak ingin kau terluka”. Jang Mi “Apa? Sembarang pria?”. Hyun Hee “Kong Ki Tae
atau Han Yeo Reum? Atau Hoon Dong Oppa?”. Hoon Dong “Kau bisa bilang padaku
sekarang. Perasaanmu yang sebenarnya.”. Jang Mi “Kenapa aku harus mengatakan
perasaan yang sebenarnya padamu?”. Hoon Dong bingung tetapi Hyun Hee memberi
kode untuk tetap melanjutkan aksinya
Hoon Dong berlutut dan mengangkat bunga yang ia bawa untuk
Jang Mi. Hoon Dong “Sekarang aku tulus”. Jang Mi “Baiklah, aku juga mau
memberitahumu. Aku tidak suka. Salah satu dari kalian bertiga. Terutama kau!”.
Hoon Dong “Berhentilah bermain tarik ulur”. Jang Mi “Kau yang berhenti! Mau
kuulangi lagi?”. Hoon Dong “Tidak! Tidak perlu!”. Jang Mi melihat ke arah lain
dan kaget saat melihat Ibu Ki Tae yang sedang berjalan menuju ke tempat
kerjanya. Hoon Dong berdiri “Kata-kata adalah yang paling penting. Tapi,
sekarang aku akan tunjukkannya dengan tindakan!”. Jang Mi menarik Hoon Dong dan
menyembunyikan Hoon Dong didalam ruang fiting
Jang Mi menyambut kedatangan Ibu Ki Tae yang baru masuk. Ibu
Ki Tae “Maaf. Kau pasti sibuk”. Jang Mi “Kenapa Ibu ke sini?”. Ibu Ki Tae “Aku
ingin beli daging dan buah. Kau punya waktu luang?”. Jang Mi “Sekarang?”. Jang
Mi berbalik dan melihat Hoon Dong yang akan keluar dari fiting Room “Ayo kita
pergi. Aku akan menemanimu, Ibu”. Hoon Dong keluar saat Jang Mi dan Ibu Ki Tae
sudah pergi. Hoon Dong “Ibu”. Hyun Hee “Ibu?”.
Jang Mi yang sedang menemani Ibu Ki Tae berbelanja terlihat
sedih saat memperhatikan Ibu Ki Tae dari belakang. Jang Mi sedih jika mengingat
Ayah Ki Tae yang selingkuh dengan wanita lain sedangkan Ibu Ki Tae kelihatan
tidak tentang hal itu. Ibu Ki Tae “Kau tidak mendengarkan aku?”. Jang Mi “Ya?”.
Ibu Ki Tae “Kau pernah mengupas chestnut
(Kastanya) sebelumnya?”. Jang Mi “Kalau yang sudah dipanggang, sudah”.
Jang Mi “Keluargamu tidak punya ritual seperti itu ya?”. Jang Mi “Tidak. Tapi
aku pernah melihatnya saat aku masih kecil. Para pria mengupas kastanya”. Ibu Jang Mi “Hanya perempuan yang
melakukannya di keluarga kami”. Jang Mi “Tapi kan kita harus saling membantu.
Siapa yang peduli?”. Ibu Ki Tae “Sebenarnya tidak apa. Makna sebenarnya adalah
kesenangan”. Jang Mi “Ya?”. Ibu Ki Tae “Jika aku bekerja sedikit lebih keras,
orang yang kita cintai bisa menikmati banyak makanan yang enak, buatan sendiri.
Jadi, itu kesenangan dan hak istimewa dari wanita”. Ibu Ki Tae mengambil
kastanya dan meletakkan dalam troly.
Hoon Dong masuk ke dalam supermarket yang ditempati oleh
Jang Mi dan Ibu Ki Tae, ia mengintip untuk mencari tahu apa yang dilakukan Jang
Mi bersama Ibu Ki Tae. Jang Mi menyadari kehadiran Hoon Dong, ia melihat ke arah
Hoon Dong dan memberikan tatapan kesalnya pada Hoon Dong. Ibu Ki Tae juga
melihat ke arah Hoon Dong dan Hoon Dong pun kaget lalu bersembunyi. Ibu Ki Tae
mendekat ke arah Hoon Doong. Jang Mi khawatir dan berusaha mengalihkan “Bagaimana
dengan daging? Ibu belum membeli daging?”
Ibu Ki Tae sampai di tempat Hoon Dong yang sedang
bersembunyi. Ahjumma yang mempromosikan salah satu produk minuman tempat Hoon
Dong bersembunyi juga telah disogok dengan bunga yang Hoon Dong bawa agar Ahjumma
itu tidak memberitahu keberadaannya.
Jang Mi “Ada apa Ibu?”. Ibu Ki Tae “Kupikir aku melihat seseorang yang
ku kenal”. Jang Mi lega karena Ibu Ki Tae tidak menemukan Hoon Dong
Jang Mi membawakan belanjaan Ibu Ki Tae dan menaruhnya
didalam trunk mobil. Bibi Ki Tae memberikan telur yang ia pegang “Taruh ini
juga, lenganku sakit”. Jang Mi dengan sabar mengambil telur itu dan
memasukkanya dalam trunk mobil. Ibu Ki Tae “Terima kasih. Aku harap kita bisa
minum teh bersama, tapi aku punya banyak kerjaan. Memasak nasi, sup, dan banyak
persiapan lainnya”. Jang Mi “Pasti kau kesulitan”. Ibu Ki Tae “Kami juga harus
mengupas kastanya semalaman. Kami tidak punya cukup waktu untuk besok”. Jang Mi
“Ada yang bisa aku bantu?”. Ibu Ki Tae mengambil kastanya lalu memberikannya
pada Jang Mi “Oh, aku tidak tahu apakah aku harus meminta bantuanmu. Bisa kau
datang lebih awal besok?”. Jang Mi “Ya”. Bibi Ki Tae menyedot minumannya dan
memberikan gelas minumannya pada Jang Mi “Besok jangan terlambat ya. Ayo pergi
Unni”
Jang Mi menggendong kastanya yang diberikan Ibu Ki Tae dan
masuk ke tempat kerjanya. Hyun Hee memberikan kode pada Jang Mi bahwa manager
mereka mencari Jang Mi. Manager Jang Mi muncul “Joo Jang Mi, kau tidak boleh
meninggalkan pekerjaanmu selama jam kerja”. Jang Mi “Maafkan aku. Tapi manager
boleh aku ambil cuti besok?”. Manager Jang Mi “Jika kau berpikir mau berhenti,
demi rencana pernikahanmu beritahu saja aku. Aku dengar calon Ibu mertuamu
datang.”. Jang Mi “Ya?”. Jang Mi melihat kea rah Hyun Hee. Hyun Hee tersenyum “
Aku dengar dari Hoon Dong Oppa. Dia Ibunya dokter itu, kan?”. Manager Jang Mi
“Kau akan sering datang ke sini setelah kau menikah, kan?”. Jang Mi “Bukan
seperti itu”. Manager Jang Mi “Bukan bagaimana? Itu dibelakangmu, kau sudah
membeli hadiah. Tunjukan padaku”. Manager Jang Mi membalik badan Jang Mi dan
melihat kastanya bukannya hadiah seperti yang ia perkirakan. Manager Jang Mi
“Kenapa kastanya? Ayo kita lembur hari ini?”. Jang Mi memberi hormat pada
managernya. Hyun Hee “Maaf”.
Jang Mi pulang kerja sambil menggendong kastanya yang
diberikan oleh Ibu Ki Tae, beberapa buah kastanya jatuh dan Jang Mi pun
memungut kastanya itu. Jang Mi terlihat sangat lelah, ia memandang kastanya
yang berada diepannya dan berpikir
Ki Tae keluar dari kamarnya karena mendengar suara orang
yang membuka pintu rumahnya. Jang Mi masuk
“Kau belum mengubah kode rumahmu?”. Ki Tae “Tak bisakah kau bunyikan bel
pintu saja?”. Jang Mi “Kalau aku membunyikan bel, kau akan membukakan aku
pintu?”. Ki Tae “Kenapa kau ke sini?”. Jang Mi “Kau harusnya bersyukur. Jika
tengkorakmu patah di kamar mandi, apa yang akan kau lakukan?”. Ki Tae “ Ah.
Kenapa kau ke sini?”. Jang Mi meletakan kastanya yang ia gendong. Ki Tae “Apa
ini?”. Jang Mi “Ibumu datang ke Dept. Store, untuk beli bahan makanan. Ini
pekerjaan rumahmu! Ayo lakukan bersama-sama”. Ki Tae “Ibuku yang menyuruhmu
melakukan ini?”. Jang Mi “Aku bilang padanya, aku akan melakukannya”. Ki Tae “Kau
jatuh ke dalam perangkap nya. Kau tidak bisa lihat tipuannya sudah dimulai ?”.
Jang Mi mengambil pisau “Aku tidak tahu. Ini ambilah”. Ki Tae “Lakukanlah
sendiri”. Jang Mi “Ini kan untuk kakekmu”. Ki Tae “Tapi, kenapa kau tidak
mendengarkan nasihatku?”. Jang Mi mengancam “Haruskah aku mengakui kalau ini
semua hanya akting?”. Ki Tae tidak bisa menjawab, ia sudah kalah dari Jang Mi
(HAHAHAHA)
Jang Mi dan Ki Tae sudah duduk untuk mengupas kastanya. Ki
Tae mengupas dengan asal-asalan dan menaruhnya dimangkuk yang sudah penuh
dengan kastanya. Jang Mi mengambil kastanya yang baru diletakkan oleh Ki Tae “Kupas
lebih bersih!”. Ki Tae menghela napasnya dan memakan kastanya yang ia kupas
“Aku belum pernah melakukan ini”. Jang Mi “Kau seharusnya malu. Kau selalu saja
dimanja selama 30 tahun ini”. Ki Tae “Aku tidak bisa mengerti. Aku tidak
menyuruhmu untuk bekerja keras seperti ini”. Jang Mi “Aku Cuma merasa kasihan
padanya”. Ki Tae “Siapa? Ibuku?”. Jang Mi “Ya. Dia sudah bekerja keras untuk
keluargamu. Tapi, kau tidak menurutinya”. Ki Tae “Kau tak pernah tinggal
bersamanya”. Jang Mi “Kau tidak boleh begini, walau kau pernah tinggal
bersamanya. Itu. .. Aku mau memberitahumu sesuatu. Tapi, kau nanti bisa
terluka. Maksudku, kau akan sakit hati”. Ki Tae “Apa itu?”. Jang Mi “Tapi aku
harus memberitahumu ini sebelum terlambat”. Ki Tae menatap wajah Jang Mi. Jang Mi
“Kau bisa bicara denganku. Aku akan mendengarkannya. Aku juga terluka saat
orang tuaku bertengkar”. Ki Tae “Apa yang kau ingin katakan?”. Jang Mi “Jangan
terkejut ya. Ayahmu punya selingkuhan”. Ki Tae marah “Diam. Bagaimana kau
tahu?”. Jang Mi “Aku melihatnya”. Ki Tae “Urusi saja urusanmu sendiri”. Jang Mi
“Kau sudah tahu ya?”
Ki Tae berdiri dan mengambil air untuk minum, ia berusaha
untuk memenangkan hatinya. Jang Mi “Kenapa kau tidak melakukan sesuatu dengan
hal itu? Kau tidak bisa membiarkan ayahmu begini. Dia harus berhenti sebelum
Ibumu tahu. Jika kau tidak bisa, aku yang akan menemuinya, dan..”. Ki Tae “Kau
pikir kau siapa?”. Jang Mi “Apa maksudmu siapa? Aku…”. Ki Tae “Tidak usah ikut
campur urusan keluarga kami”. Ki Tae menendang mangkuk yang berisi kastanya “Kau
pikir kau bagian keluarga kami setelah kau melakukan ini?”. Jang Mi “Hei.. aku
memikirkanmu”. Ki Tae “Aku tidak pernah memintamu begitu. Hubungan kita akan
berakhir besok. Ingat itu?”. Jang Mi juga marah “Baiklah. Aku sangat menyesal,
aku telah ikut campur dalam urusan keluargamu yang hebat itu!”.
Jang Mi keluar dari rumah Ki Tae. Jang Mi berbicara sendiri
“Aku kan cuma khawatir padanya. Dasar bodoh !”. Ekspresi wajah Jang Mi berubah
menjadi sedih “Dia benar-benar bodoh. Dia terus diam dan menyimpannya sendiri”.
Jang Mi masuk ke dalam lift dan ekspersi wajahnya berubah lagi “Sudahlah. Aku
juga tidak ingin berhubungan dengan mu! Adegan terburuk akan ku tunjukkan, agar
semuanya berakhir besok!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar