Love these songs^^

Jumat, 25 Juli 2014

Sinopsis Marriage Not Dating Episode 4 Part 1






Jang Mi sangat marah dan terus memukuli Ki Tae dengan sebuah ikan kering  “Hei, aku menderita karenamu!”. Semua Bibi Ki Tae yang hadir diupacara peringatan Kakek Ki Tae berusaha untuk melepaskan Jang Mi dan Ki Tae tetapi tidak bisa. Jang Mi yang sangat kuat dan marah bahkan mendorong Ki Tae sampai menghancurkan meja persembahan untuk mendiang Kakek Ki Tae.


EPISODE  4
UNTUK SIAPA KITA MEMASAK PANCAKE





D-4
Jang Mi memapah Ki Tae yang kelihatan sangat lemah dan pucat. Ki Tae “Aku baik baik saja. Tidak usah begini”. Ki Tae melepaskan tangan Jang Mi dan membuatnya hampir jatuh karena badannya sangat lemah. Jang Mi menyuruh Ki Tae untuk naik ke punggungnya dan akhirnya ia pun menggendong Ki Tae (Piggy back) “Kau tidak baik baik saja. Kita harus ke RS”.



 Se Ah yang juga datang ke rumah Ki Tae berpapasan dengan Jang Mi yang sedang menggendong Ki Tae. Se Ah “Apa yang terjadi?”. Ki Tae merasa turun dari punggung Jang Mi. Ki Tae “Ah, tidak ada”. Jang Mi “Dia pingsan di kamar mandinya”. Se Ah “Kau pingsan? Ada yang luka?”. Ki Tae “Tidak ada yang luka”. Jang Mi menunjuk-nunjuk kepalanya  “Aku pikir kepalanya”. Se Ah “Kepala?”. Jang Mi mengangguk. Ki Tae “Aku?”. Jang Mi melanjutkan “Dia jadi bersikap aneh”. Jang Mi mengingat saat Ki Tae memeluknya dengan erat “Mentalnya bermasalah. Pokoknya dia jadi tidak normal”. Se Ah “Ayo kita ke RS”. Ki Tae “Aku baik baik saja kok. Aku kan dokter”. Jang Mi memukul Ki Tae “Kau gila. Kau harus pergi, dia kan juga dokter. Ayo naik ke punggungku”. Jang Mi kembali menggendong Ki Tae “Bertahanlah”




Ki Tae, Jang Mi dan Se Ah sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Jang Mi yang duduk disebelah Ki Tae memegang kepala Ki Tae “Kau demam”. Se Ah kelihatan cemburu dan melihat ke arah Jang Mi dan Ki Tae lewat kaca spionnya. Ki Tae melepaskan tangan Jang Mi “Awas! Kepalaku sakit”. Jang Mi memegang kepala Ki Tae lagi “Kepalamu yang sakit! Di mana yang terbentur? Di belakang?  Atau di depan? Kau pusing? Kalau begitu tutuplah matamu”


Jang Mi, Ki Tae dan SeAh sudah berada di ruang emergency. Dokter “Kau terkunci di kamar mandimu? Tidak ada yang terluka?”. Ki Tae “Tidak”. Jang Mi “Kenapa kau tidak beritahu aku?”. Ki Tae “Kan sudah berapa kali aku bilang aku baik baik saja”. Jang Mi “Aku pikir kau sedang sekarat”. Seorang perawat muncul dan memanggil Dokter itu karena ada pasien yang baru masuk.





Saat Dokter baru saja pergi, Ki Tae mau melepaskan infusnya. Se Ah “Habiskan infusmu dulu. Kau kan belum makan selama 48 jam. Kalau bukan karena Joo Jang Mi tidak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi padamu. Jang Mi adalah penyelamatmu. Dan aku juga datang karena dia bilang padaku tentangmu”. Ki Tae “Kau suka sekali menyebar rumor dimana-mana. Aku mau pulang”. Jang Mi “Tunggu ! Lihatlah keluargamu dulu, sebelum kau pergi. Mereka akan segera sampai”. Ki Tae “Bagaimana mereka bisa tahu?”. Jang Mi “Aku menelepon nenekmu. Kupikir kau terluka parah”. Se Ah “Kau kenal keluarganya?”. Jang Mi “Itu karena…”. Ki Tae “Keluarga kami telah saling mengenal. Kau harus pergi sekarang”. Jang Mi “Sepertinya kau sudah baik-baik saja sekarang. Baiklah, aku akan pergi”. Jang Mi pamit pulang pada Se Ah tetapi Ki Tae malah memegang tangannya “Kau tetap di sini”. Ki Tae berbicara pada Se Ah yang berdiri disebelahnya “Aku minta maaf. Dan juga terima kasih. Kau harus pulang sekarang”. Se Ah “Lagipula aku juga ingin istirahat. Aku akan pulang duluan. Tolong jaga Ki Tae ya”. Jang Mi “Ya”




Se Ah keluar dari RS dan tampak kecewa karena Ki Tae menyuruhnya pulang. Ia masuk ke dalam mobilnya dan mengingat Ki Tae yang memegang tangan Jang Mi lalu meminta Jang Mi untuk tinggal. Se Ah pun pergi dan disaat yang bersamaan keluarga Ki Tae sampai di RS



Jang Mi sudah duduk di sebelah Ki Tae “Kau sangat kekanak-kanakan. Kau membuat dia cemburu ya?”. Ki Tae “Bukan seperti itu. Jika Ibuku melihatnya, masalah akan jadi rumit”. Jang Mi “Dia pasti akan menyukainya”. Ki Tae “Itulah masalahnya”.





Keluarga Ki Tae masuk ke dalam ruang emergency dan membuat Jang Mi juga Ki Tae bersiap-siap untuk berakting lagi. Nenek dan Bibi Ki Tae yang baru masuk langsung memegang badan Ki Tae dan menanyakan keadaan Ki Tae “Apa yang terjadi? Dimana yang luka?”. Ki Tae “Ah Bibi”. Ibu Ki Tae melihat ke arah Jang Mi “Kau suka sekali buat masalah, hah?”. Bibi Ki Tae “Ya. Kita terus saja bertemu di UGD. Jadi, kau harus baik pada mertuamu. Benarkan Unni?”. Jang Mi “Maafkan aku. Tapi, aku belum jadi menantunya”. Bibi Ki Tae “Apa?”. Ki Tae tersenyum. Jang Mi “Mereka sudah di sini, jadi aku akan pergi sekarang. Aku pergi dulu”. Ki Tae memegang tangan Jang Mi “Jangan pergi. Tetaplah bersamaku. Aku ingin bersamanya di sini. Jadi, kalian pulang saja”. Bibi Jang Mi “Hei kami sangat khawatir padamu! Kami terbangun tengah malam karenamu!”. Ki Tae “Kalian tidak membantu di sini. Aku cuma mau istirahat di sini”. Nenek Ki Tae “Tapi, kami ingin dengar cerita yang sebenarnya. Di mana yang terluka?”. Ki Tae “Ini masalah serius. Aku bahkan tidak yakin. Tapi, jantungku sepertinya mau berhenti, jika aku tidak melihat Jang Mi. Aku butuh dia, agar aku bisa bernapas. Aku tidak tahu apakah itu cardiopulmonary atau masalah di mentalku. Jadi, mereka perlu melakukan lebih banyak pemeriksaan”. Bibi dan Ibu Ki Tae kelihatan geli dengan omong kosong Ki Tae (Hahahaha). Nenek Ki Tae tertawa “Berarti, kau baik baik saja. Kondisi mentalmu yang bermasalah”. Jang Mi “Pintu kamar mandinya rusak, jadi dia terkunci didalamnya. Jadi, tidak usah khawatir”. Nenek Ki Tae “Astaga, hal seperti itu yang terjadi?”. Ki Tae memegang tangan Jang Mi lagi “Jika bukan karena dia, aku pasti sudah mati kelaparan”. Nenek Ki Tae juga ikut memegang tangan Jang Mi dan berterima kasih “Terima kasih! Kau penyelamat cucuku!”. Ibu Ki Tae  “Sudah cukup. Ayo pulang”. Bibi Ki Tae “Aku akan mengawasimu



Saat keluarga Ki Tae sudah pergi, Jang Mi dan Ki Tae segera melepas pegangan tangan yang mereka lakukan (LOL). Jang Mi memukul kepala Ki Tae. Ki Tae “Aw kenapa?”. Jang Mi “Berhentilah memanfaatkanku!”.


Di dalam mobil Nenek Ki Tae protes karena Ibu dan Bibi Ki Tae memarahi Jang Mi saat di RS tadi. Bibi Ki Tae “Aku pikir Ki Tae begitu karena kecerobohan Jang Mi lagi . Karena kemarin saat Ibu mabuk dan pingsan, itu karena dia”. Nenek Ki Tae “Tapi, aku bisa tidur lebih nyenyak, karena insiden itu. Keriputku menghilang, dan kulitku mengkilap”. Ibu Ki Tae “Kau mengalami edema. Jadi, aku akan memasak bubur, untuk mengempeskan pembengkakanmu”. Nenek Ki Tae “Kau tidak selalu benar. Dan kau tidak usah, menghakimi orang lain dengan mudahnya. Dia sebenarnya orang yang bertanggung jawab. Dia juga bisa membuat pancake yang enak”. Bibi Ki Tae “Benarkah? Itu bisa jadi nilai plus untuk keluarga kita”. Ibu Ki Tae “Tapi, dia harus bisa mendukung pekerjaan Ki Tae”. Bibi Ki Tae “Aku setuju. Dunia telah berubah”. Nenek Ki Tae “Ki Tae tidak bisa hidup tanpa Jang Mi. Jang Mi membuatnya ingin terus hidup. Apa lagi yang kalian inginkan?”. Bibi Ki Tae “Dia memang sangat menginginkannya. Dan jika kau terus menentangnya, dia pasti akan memutuskan hubungannya dengan kita”


Ibu Ki Tae memberikan tatapan seramnya dan membuat Bibi Ki Tae berhenti berbicara. Nenek Ki Tae “Coba baik padanya, dan berteman dengannya”. Ibu Ki Tae “Ya. Aku akan melakukan seperti yang kau katakan”




D-3
Jang Mi yang baru sampai di rumahnya kaget saat melihat Ibu Ki Tae yang keluar dari dalam rumahnya bersama dengan Ibunya. Ibu Ki Tae “Aku harap ini bukan permintaan yang sulit”. Ibu Jang Mi “Tidak. Percaya saja padaku”. Jang Mi mendekat dan memberikan salamnya pada Ibu Ki Tae “Apa kabarmu? Apa yang membuatmu kesini?”. Ibu Ki Tae tersenyum pada Jang Mi, tapi ia tidak menjawab pertanyaan Jang Mi dan pamit pulang. Ibu Jang Mi “Sampai jumpa”. Jang Mi “Sampai jumpa”. Ibu Jang Mi “Semoga selamat sampai tujuan, besan!”


Saat mobil Ibu Ki Tae sudah pergi, Jang Mi yang penasaran segera menanyakan apa alasan Ibu Ki Tae datang ke rumahnya. Ibu Jang Mi melihat ponselnya “Ayahmu pasti akan mengeluh lagi. Ayo kita bicara di restoran saja”. Jang Mi “Ibu!”




Ibu Jang Mi memberitahu Jang Mi bahwa Jang Mi diminta datang untuk membantu saat upacara peringatannya Kakek Ki Tae. Jang Mi “Upacara Peringatan?”. Ibu Jang Mi “Kau bantu mereka disana”. Jang Mi “Tapi, kenapa harus aku?”. Ibu Jang Mi “Kau bisa dapat poin bagus dari mereka. Kegiatan ini baik untuk menghormati keluarga. Jadi, kau bisa terbiasa dengan mereka sebelum menikah nanti”. Jang Mi “Apa kau benar-benar Ibuku? Para Ibu lainnya benci anak gadis mereka, menderita dengan masalah mertua”. Ayah Jang Mi juga setuju dengan Jang Mi “Dia kan bisa melakukannya selamanya, setelah menikah nanti. Tapi, kenapa dia harus pergi sekarang?”. Ibu Jang Mi “Kau tidak pernah peduli padaku, tapi kau selalu peduli pada putrimu? Jangan khawatir. Memasak pancake beberapa kali dalam setahun jauh lebih baik daripada harus menggoreng ayam berlemak setiap hari”. Jang Mi “Aku tidak akan menikah dengan Ki Tae. Maaf karena aku telah berbohong, tapi sebenarnya kami tidak ada hubungan”. Ibu Jang Mi “Astagaa, kebohongan apa lagi ini? Memangnya apa yang salah? Kenapa kau tidak mau menikah dengannya?”. Jang Mi “Jangan pikirkan yang Ibu inginkan saja. Dengarkan aku dulu!”. Pelanggan rumah makan Jang Mi yang sudah mabuk protes karena mereka sangat berisik, ia juga meminta Jang Mi untuk menuangkan minuman padanya. Ibu Jang Mi kesal “Dasar brengsek”. Ayah Jang Mi “Tenanglah, aku yang akan mengurusnya”.





Ibu Jang Mi tidak mendengar kata-kata Suaminya, ia mengambil daging ayam yang baru saja ia goreng dan melemparkannya kepada pelanggan yang sedang mabuk itu “Keluar! Pergi ke bar mahal jika kau mau ditemani para gadis!”. Pelanggan itu marah karena diperlakukan seperti itu (Padahal dia yang salah). Jang Mi menahan Ibunya “Ibu sudahlah”. Ayah Jang Mi “Maaf. Dia putriku. Hari ini tidak usah bayar”. Pelanggan itu pun keluar dari rumah makan keluarga Jang Mi. Ibu Jang Mi protes lagi “Kenapa kau ini? Kenapa tidak mengambil uang mereka?”. Ayah Jang Mi “Kau harus mengusir orang mabuk dengan cara seperti itu”. Ibu Jang Mi “Kau ini ayah yang lembek. Itu sebabnya dia tidak mau menikah. Kenapa kau membiarkan hal seperti ini? Sudah kubilang, tidak usah jual minuman keras!”. Ayah Jang Mi “Kenapa kau malah bawa Jang Mi ke sini?”. Ibu Jang Mi “Jadi, kau menyalahkanku sekarang?”. Ayah Jang Mi “Kau duluan yang menyalahkanku! Selalu saja, semuanya salahku!”. Jang Mi “Berhentilah”. Ibu Jang Mi “Lupakan saja. Kita berpisah saja!”





Ibu Jang Mi mengambil surat cerai dan stempel yang ia simpan lalu menunjukkannya pada Suaminya . Jang Mi “Surat itu masih di simpan? Kau selalu bilang begitu sejak aku SMA”. Ibu Jang Mi “ Aku bertahan, agar anakku tidak sulit dalam menikah. Tapi, kau malah tidak ingin menikah. Jadi, sudah saatnya kami berpisah sekarang!”. Jang Mi “Ibu?”. Ibu Jang Mi “Apa?”. Jang Mi “Aku akan ke rumah mereka!”. Ibu Jang Mi “Kau akan pergi?”. Jang Mi merengek (LOL)




D-2
Jang Mi datang ke RS Ki Tae dan memberitahu Ki Tae tentang apa yang sedang ia alami. Ki Tae “Kau harus pergi”. Jang Mi “Aku harus pergi? Tapi, kau terlihat tidak peduli begitu. Ini kan ritual keluargamu”.Ki Tae “Jadi, kenapa kau malah ingin merumitkan masalah keluarga orang lain?”. Jang Mi “Hei, aku sudah menyelamatkan hidupmu”. Ki Tae “Kaulah yang hampir membunuhku. Kau yang merusak pintu kamar mandiku”. Jang Mi “Kau langsung memelukku erat-erat, setelah melihatku datang”. Ki Tae jadi salah tingkah karena membahas pelukannya. Jang Mi “Mungkinkah. Kau mulai punya perasaan padaku? Jadi, itu sebabnya kau menyuruh pergi ke acara itu? Karena kau benar-benar ingin menikah denganku?”. Ki Tae “Aku ingin kau pergi karena aku tidak ingin menikah. Ibuku mengundangmu karena dia tidak ingin kau jadi menantunya”. Jang Mi “Apa maksudmu?”. Ki Tae “Dia ingin kau merasakan, kalau posisi menantunya sangatlah susah. Jadi, dia ingin kau menyerah dengan sendirinya. Dia pasti akan bilang,dia sudah melakukan yang terbaik untuk menerimamu”. Jang Mi “Mari kita mengaku saja”. Ki Tae “Tidak, sudah terlambat. Pikirkan konsekuensinya”. Jang Mi “Kebohongan kita semakin banyak. Kita harus akhiri ini”. Ki Tae “Kalau kau mau seperti itu. Kita harus membuat Ibuku memisahkan kita. Jika dia bilang dia tidak bisa, menerima wanita tolol ini sebagai menantunya. Kita bisa akhiri kesepakatan kita ini”. Jang Mi “Kenapa harus begitu?”. Ki Tae “Karena hal ini telah jadi pertarungan harga diri sekarang. Aku tidak bisa menyerah begitu saja. Kita lihat siapa yang mengibarkan bendera putih duluan”. Jang Mi “ Kenapa aku harus terlibat, dalam pertarungan harga dirimu ini?”. Ki Tae “Ini permintaan terakhirku. Tunjukkan sosok dirimu yang paling jelek di hari itu”. Jang Mi “ Aku harus bagaimana?”. Ki Tae “ Jadilah dirimu yang biasanya. Dirimu yang biasa”



Jang Mi dan Ki Tae keluar dari RS Ki Tae. Ki Tae “Aku mau istirahat di rumah hari ini. Jadi, jangan datang”. Jang Mi “Lagian, aku juga punya rencana lain”. Ki Tae “Dengan siapa?”. Yeo Reum muncul “Dengan aku”. Jang Mi tersenyum melihat Yeo Reum. Jang Mi “Aku pergi dulu ya”.




Yeo Reum dan Jang Mi sedang jalan kaki menuju sebuah rumah makan. Dari belakang mereka ada Ki Tae yang mengikuti mereka dan terlihat cemburu (Ugh lala). Ki Tae “Mereka berdua benar-benar…”.




Yeo Reum dan Jang Mi sampai di sebuah rumah makan. Jang Mi “Bibi, tolong 2 mie dinginnya”. Ki Tae juga masuk dan duduk di sebelah Jang Mi “1 mi sashimi juga”. Jang Mi “Kenapa kau ke sini?”. Ki Tae “Bagaimana bisa aku membiarkan wanitaku makan dengan pria lain? Kau tidak tahu Joo Jang Mi wanitaku ya?”. Yeo Reum “Yang aku tahu, dulunya dia pacarnya bosku. Dan aku tahu Ki Tae Hyung dan bosku berteman”. Ki Tae “Cinta itu lebih utama dari persahabatan bagiku”. Yeo Reum “Kalau begitu kau pasti memahamiku. Kita cool dengan masalah seperti ini”. Ki Tae memasang wajah seriusnya “Apa maksudmu?”. Yeo Reum “Jangan menakutkan seperti itu. Memangnya aku berani? Kau jauh lebih kaya dan lebih tua dariku”. Jang Mi menahan senyum saat mendengar kata lebih tua (LOL). Ki Tae mulai kesal “Kau punya banyak wanita”. Yeo Reum “Tapi, tidak ada yang seperti Jang Mi”. Ki Tae emosi tetapi ia tetap berusaha terlihat santai. Jang Mi “Hentikanlah”.







Bibi pemilik rumah makan mengantarkan pesanan Ki Tae, Jang Mi dan Yeo Reum. Yeo Reum mengambil sumpit dan memberikan sumpit itu pada Jang Mi. Ki Tae kesal karena Yeo Reum sangat perhatian pada Jang Mi. Ia juga mencoba menjadi perhatian dengan mengambil gunting dan mau memotong mie Jang Mi. Jang Mi “Jangan potong punyaku”. Yeo Reum “Aku juga tidak suka mieku dipotong. Selera kita sama”. Ki Tae masih menahan emosinya dan memotong mienya sendiri. Yeo Reum “Mie dingin adalah yang terbaik. Benarkan?”. Jang Mi mengangguk. Ki Tae berhenti memotong mienya dan mengambil mangkuk Jang Mi “Kami sering berbagi”. Ki Tae meminum kuah mie Jang Mi. Yeo Reum “Apa kalian sudah tidur bersama?”. Ki Tae tersedak mendengar kata tidur bersama. Yeo Reum “Ternyata belum”. Ki Tae “Memangnya kenapa kalau sudah?”. Jang Mi “Kalian berdua, hentikanlah”. Yeo Reum “Aku tidak peduli jika memang sudah”





Jang Mi menarik Ki Tae keluar dari rumah makan itu. Ki Tae “Kenapa?”. Jang Mi “Apa yang kau lakukan?”. Ki Tae “Bagaimana denganmu? Kau sungguh mau pacaran dengannya?”. Jang Mi “Jangan khawatir, aku baru mulai mengenalnya. Aku akan berhati-hati”. Ki Tae “Kau tidak boleh dengan Han Yeo Reum”. Jang Mi “Bukan urusanmu”. Ki Tae “Ini urusanku! Bagaimana jika Ibuku melihatmu bersama pria lain?”. Jang Mi “Lagipula kita akan menyelesaikan semuanya sebentar lagi”. Ki Tae “Jadi, berkencanlah setelah urusan kita selesai. Kacaukan dulu upacara peringatan itu”. Yeo Reum juga keluar dan memberikan bill pada Ki Tae “Tagihannya”. Jang Mi memberi kode pada Ki Tae dan Ki Tae pun masuk untuk membayar tagihan mereka.  Yeo Reum memegang tangan Jang Mi “Ayo pergi”



Saat Ki Tae keluar lagi Jang Mi dan Yeo Reum sudah pergi. Ki Tae “Kenapa mereka berdua…”. Ki Tae mengeluarkan ponselnya dan mengirim sebuah pesan pada Jang Mi.





Jang Mi yang sedang melarikan diri bersama Yeo Reum tiba-tiba berhenti berlari dan membaca pesan yang masuk “Bibiku bisa saja memata-mataimu. Jangan sampai ketahuan”. Yeo Reum mau membaca pesan Jang Mi dan Jang Mi pun cepat-cepat menutup ponselnya. Jang Mi tersenyum begitupun Yeo Reum. Jang Mi melihat ke sekelilingnya “Kau ingin pergi ke tempat yang sepi?”. Yeo Reum “Kau suka tempat-tempat tersembunyi, ya?”. Jang Mi mengangguk




Jang Mi terlihat was-was dan terus mengawasi sekelilingnya. Yeo Reum datang dan memberikan minuman pada Jang Mi. Jang Mi “Terima kasih”. Yeo Reum menyadari bahwa Jang Mi kelihatan tidak tenang “Apa seseorang mengikutimu?”. Jang Mi “Ah aku hanya merasa seperti ada seseorang yang melihat ke arahku”. Yeo Reum “Kau harus terbiasa dengan itu. Semua orang tertarik padaku (Toeng!!)”. Jang Mi tertawa mendengar lelucon Yeo Reum. Yeo Reum “Kau mengkhawatirkan Ki Tae Hyung?”. Jang Mi “Ya”. Yeo Reum “Kalian benar benar berkencan?”. Jang Mi “Aku tidak tahu”





Sebuah mobil tiba-tiba berhenti di dekat Jang Mi dan Yeo Reum. Jang Mi berusaha melihat ke dalam mobil itu tetapi tidak bisa karena sangat gelap. Mobil itu menyalakan lampunya dan membuat Jang Mi takut, ia pun menutup wajahnya dan mengajak Yeo Reum untuk pindah dari tempat itu.




Jang Mi berjalan menunduk sambil menutupi wajahnya, Yeo Reum juga mengikutinya dari belakang. Jang Mi bersembunyi di balik pohon dan melihat ke arah mobil yang menyenternya tadi. Yeo Reum “Kenapa kau bersembunyi?”. Jang Mi “Aku juga tidak tahu”







Jang Mi berhenti bersembunyi dan mengajak Yeo Reum untuk pergi, saat ia berbalik dan melihat ke arah salah satu pasangan yang duduk ditaman itu, ekspresi paniknya muncul lagi. Jang Mi mendorong Yeo Reum “Sembunyi”. Jang Mi dan Yeo Reum akhirnya duduk di salah satu bangku di dekat pasangan itu. Jang Mi diam-diam memperhatikan pasangan itu. Yeo Reum “Kau kenal mereka?”. Jang Mi  “Ibu”. Jang Mi takut ketahuan karena menyadari salah seorang dari pasangan yang didepannya adalah Ayah Ki Tae dan Ayah Ki Tae sedang duduk bersama seorang wanita yang menutupi kepalanya. Jang Mi “Aku takut”. Selendang yang menutupi wanita yang bersama Ayah Ki Tae tiba-tiba terbang karena tertiup angin dan jatuh didekat bangku yang diduduki Jang Mi dan Yeo Reum. Ayah Ki Tae mengambil selendang itu dan membuat Jang Mi memegang kepala Yeo Reum agar tidak dilihat oleh Ayah Ki Tae. Yeo Reum memajukan bibirnya tapi  Jang Mi malah memukuli bibirnya. Jang Mi berbalik dan melihat wajah wanita itu, ia sadar bahwa wanita yang bersama Ayah Ki Tae bukanlah Ibu Ki Tae. Ia kelihatan sangat shock apalagi saat melihat Ayah Ki Tae mencium kening wanita itu “Bukan. Dia bukan Ibu mertua”.




Ayah Ki Tae dan selingkuhannya akhirnya pergi dari taman itu. Yeo Reum melihat ke arah Ayah Ki Tae dan bertanya pada Jang Mi “Siapa itu? Katakan padaku”. Jang Mi “Ayo pulang saja”. Yeo Reum “Sekarang?”. Jang Mi “Ya, maaf. Aku pulang duluan”. Yeo Reum “Aku akan mengantarmu”. Jang Mi “Tidak usah! Aku ingin pergi sendiri”.





Yeo Reum lewat di dekat mobil yang yang menyenternya saat bersama Jang Mi tadi. Ia memperhatikan mobil dan mendekat. Kaca mobil itu pun terbuka dan dari dalam mobil itu Se Ah menyuruh Yeo Reum untuk masuk. Se Ah “Kau sepertinya dekat dengan Jang Mi. Memangnya apa hubungan kalian?”. Yeo Reum “Dia berbeda dengan wanita lain. Semua orang tertarik padanya”. Se Ah “Aku langsung ke intinya saja. Aku tertarik pada Ki Tae”. Yeo Reum “Ki Tae Hyung?”. Se Ah “Aku dengar dia dan Jang Mi sudah bertemu dengan orang tua masing-masing”. Yeo Reum “Tidak mungkin”. Se Ah “Aku juga berpikir begitu. Ki Tae tidak mungkin tulus padanya”. Yeo Reum tertawa “Aku rasa malah sebaliknya. Aku pikir Ki Tae Hyung tulus padanya. Dialah yang sangat serius. Tapi, Jang Mi yang tidak peduli. Mungkin saja, karena Jang Mi tertarik padaku”. Se Ah “Kau bisa mencari tahu hubungan mereka untukku?  Fakta tentang mereka”. Yeo Reum “Kenapa harus aku?”. Se Ah “Bukankah kau dan Jang Mi sedang mengenali satu sama lain? Kau akan membunuh 2 burung dengan satu batu”. Se Ah memberikan sebuah amplop yang berisi uang pada Yeo Reum. Yeo Reum melihat isi amplop itu “Aku harus makan enak dengan Jang Mi”.



Jang Mi sudah berada di atas bus. Ia masih memikirkan Ayah Ki Tae yang ia lihat bersama wanita lain. Jang Mi “Apa yang harus ku lakukan Ki Tae?”



Di rumahnya, Ki Tae sedang membuka tutup pintu kamar mandinya. Ki Tae berbicara sendiri “ Kenapa harus Yeo Reum dari semua pria? Seleranya tentang pria sangat buruk”.




D-1
Jang Mi sedang bekerja dan masih memikirkan tentang masalah perselingkuhan Ayah Ki Tae. Jang Mi “Katakan padanya, atau tidak? Katakan padanya atau tidak?”. Hyun Hee mendekat pada Jang Mi “Apa yang mengganggumu?”. Jang Mi “Tidak ada”. Hyun Hee “Aku kecewa. Kita dulu selalu berbagi segalanya. Apa ini karena Hoon Dong Oppa? Persahabatan para wanita memang cetek”. Jang Mi “Bukan, bukan seperti itu”. Hyun Hee “Aku begitu demi kebaikanmu”. Hyun Hee “Aku tahu”. Hyun Hee “Kau tidak percaya padaku. Tapi, itu benar. Tanya sendiri  saja pada Hoon Dong Oppa”




Hoon Dong muncul dan membawa bunga. Hyun Hee “Kalian berdua bicaralah”. Jang Mi “Hyun Hee apa yang kau pikirkan?”. Hyun Hee “Dia sangat menyakiti hatimu. Sehingga membuat kau berkencan dengan sembarang pria. Aku tidak ingin kau terluka”. Jang Mi “Apa? Sembarang pria?”. Hyun Hee “Kong Ki Tae atau Han Yeo Reum? Atau Hoon Dong Oppa?”. Hoon Dong “Kau bisa bilang padaku sekarang. Perasaanmu yang sebenarnya.”. Jang Mi “Kenapa aku harus mengatakan perasaan yang sebenarnya padamu?”. Hoon Dong bingung tetapi Hyun Hee memberi kode untuk tetap melanjutkan aksinya





Hoon Dong berlutut dan mengangkat bunga yang ia bawa untuk Jang Mi. Hoon Dong “Sekarang aku tulus”. Jang Mi “Baiklah, aku juga mau memberitahumu. Aku tidak suka. Salah satu dari kalian bertiga. Terutama kau!”. Hoon Dong “Berhentilah bermain tarik ulur”. Jang Mi “Kau yang berhenti! Mau kuulangi lagi?”. Hoon Dong “Tidak! Tidak perlu!”. Jang Mi melihat ke arah lain dan kaget saat melihat Ibu Ki Tae yang sedang berjalan menuju ke tempat kerjanya. Hoon Dong berdiri “Kata-kata adalah yang paling penting. Tapi, sekarang aku akan tunjukkannya dengan tindakan!”. Jang Mi menarik Hoon Dong dan menyembunyikan Hoon Dong didalam ruang fiting





Jang Mi menyambut kedatangan Ibu Ki Tae yang baru masuk. Ibu Ki Tae “Maaf. Kau pasti sibuk”. Jang Mi “Kenapa Ibu ke sini?”. Ibu Ki Tae “Aku ingin beli daging dan buah. Kau punya waktu luang?”. Jang Mi “Sekarang?”. Jang Mi berbalik dan melihat Hoon Dong yang akan keluar dari fiting Room “Ayo kita pergi. Aku akan menemanimu, Ibu”. Hoon Dong keluar saat Jang Mi dan Ibu Ki Tae sudah pergi. Hoon Dong “Ibu”. Hyun Hee “Ibu?”.




Jang Mi yang sedang menemani Ibu Ki Tae berbelanja terlihat sedih saat memperhatikan Ibu Ki Tae dari belakang. Jang Mi sedih jika mengingat Ayah Ki Tae yang selingkuh dengan wanita lain sedangkan Ibu Ki Tae kelihatan tidak tentang hal itu. Ibu Ki Tae “Kau tidak mendengarkan aku?”. Jang Mi “Ya?”. Ibu Ki Tae “Kau pernah mengupas chestnut  (Kastanya) sebelumnya?”. Jang Mi “Kalau yang sudah dipanggang, sudah”. Jang Mi “Keluargamu tidak punya ritual seperti itu ya?”. Jang Mi “Tidak. Tapi aku pernah melihatnya saat aku masih kecil. Para pria mengupas kastanya”.  Ibu Jang Mi “Hanya perempuan yang melakukannya di keluarga kami”. Jang Mi “Tapi kan kita harus saling membantu. Siapa yang peduli?”. Ibu Ki Tae “Sebenarnya tidak apa. Makna sebenarnya adalah kesenangan”. Jang Mi “Ya?”. Ibu Ki Tae “Jika aku bekerja sedikit lebih keras, orang yang kita cintai bisa menikmati banyak makanan yang enak, buatan sendiri. Jadi, itu kesenangan dan hak istimewa dari wanita”. Ibu Ki Tae mengambil kastanya dan meletakkan dalam troly.



Hoon Dong masuk ke dalam supermarket yang ditempati oleh Jang Mi dan Ibu Ki Tae, ia mengintip untuk mencari tahu apa yang dilakukan Jang Mi bersama Ibu Ki Tae. Jang Mi menyadari kehadiran Hoon Dong, ia melihat ke arah Hoon Dong dan memberikan tatapan kesalnya pada Hoon Dong. Ibu Ki Tae juga melihat ke arah Hoon Dong dan Hoon Dong pun kaget lalu bersembunyi. Ibu Ki Tae mendekat ke arah Hoon Doong. Jang Mi khawatir dan berusaha mengalihkan “Bagaimana dengan daging? Ibu belum membeli daging?”




Ibu Ki Tae sampai di tempat Hoon Dong yang sedang bersembunyi. Ahjumma yang mempromosikan salah satu produk minuman tempat Hoon Dong bersembunyi juga telah disogok dengan bunga yang Hoon Dong bawa agar Ahjumma itu tidak memberitahu keberadaannya.  Jang Mi “Ada apa Ibu?”. Ibu Ki Tae “Kupikir aku melihat seseorang yang ku kenal”. Jang Mi lega karena Ibu Ki Tae tidak menemukan Hoon Dong 






Jang Mi membawakan belanjaan Ibu Ki Tae dan menaruhnya didalam trunk mobil. Bibi Ki Tae memberikan telur yang ia pegang “Taruh ini juga, lenganku sakit”. Jang Mi dengan sabar mengambil telur itu dan memasukkanya dalam trunk mobil. Ibu Ki Tae “Terima kasih. Aku harap kita bisa minum teh bersama, tapi aku punya banyak kerjaan. Memasak nasi, sup, dan banyak persiapan lainnya”. Jang Mi “Pasti kau kesulitan”. Ibu Ki Tae “Kami juga harus mengupas kastanya semalaman. Kami tidak punya cukup waktu untuk besok”. Jang Mi “Ada yang bisa aku bantu?”. Ibu Ki Tae mengambil kastanya lalu memberikannya pada Jang Mi “Oh, aku tidak tahu apakah aku harus meminta bantuanmu. Bisa kau datang lebih awal besok?”. Jang Mi “Ya”. Bibi Ki Tae menyedot minumannya dan memberikan gelas minumannya pada Jang Mi “Besok jangan terlambat ya. Ayo pergi Unni”






Jang Mi menggendong kastanya yang diberikan Ibu Ki Tae dan masuk ke tempat kerjanya. Hyun Hee memberikan kode pada Jang Mi bahwa manager mereka mencari Jang Mi. Manager Jang Mi muncul “Joo Jang Mi, kau tidak boleh meninggalkan pekerjaanmu selama jam kerja”. Jang Mi “Maafkan aku. Tapi manager boleh aku ambil cuti besok?”. Manager Jang Mi “Jika kau berpikir mau berhenti, demi rencana pernikahanmu beritahu saja aku. Aku dengar calon Ibu mertuamu datang.”. Jang Mi “Ya?”. Jang Mi melihat kea rah Hyun Hee. Hyun Hee tersenyum “ Aku dengar dari Hoon Dong Oppa. Dia Ibunya dokter itu, kan?”. Manager Jang Mi “Kau akan sering datang ke sini setelah kau menikah, kan?”. Jang Mi “Bukan seperti itu”. Manager Jang Mi “Bukan bagaimana? Itu dibelakangmu, kau sudah membeli hadiah. Tunjukan padaku”. Manager Jang Mi membalik badan Jang Mi dan melihat kastanya bukannya hadiah seperti yang ia perkirakan. Manager Jang Mi “Kenapa kastanya? Ayo kita lembur hari ini?”. Jang Mi memberi hormat pada managernya. Hyun Hee “Maaf”.




Jang Mi pulang kerja sambil menggendong kastanya yang diberikan oleh Ibu Ki Tae, beberapa buah kastanya jatuh dan Jang Mi pun memungut kastanya itu. Jang Mi terlihat sangat lelah, ia memandang kastanya yang berada diepannya dan berpikir




Ki Tae keluar dari kamarnya karena mendengar suara orang yang membuka pintu rumahnya. Jang Mi masuk  “Kau belum mengubah kode rumahmu?”. Ki Tae “Tak bisakah kau bunyikan bel pintu saja?”. Jang Mi “Kalau aku membunyikan bel, kau akan membukakan aku pintu?”. Ki Tae “Kenapa kau ke sini?”. Jang Mi “Kau harusnya bersyukur. Jika tengkorakmu patah di kamar mandi, apa yang akan kau lakukan?”. Ki Tae “ Ah. Kenapa kau ke sini?”. Jang Mi meletakan kastanya yang ia gendong. Ki Tae “Apa ini?”. Jang Mi “Ibumu datang ke Dept. Store, untuk beli bahan makanan. Ini pekerjaan rumahmu! Ayo lakukan bersama-sama”. Ki Tae “Ibuku yang menyuruhmu melakukan ini?”. Jang Mi “Aku bilang padanya, aku akan melakukannya”. Ki Tae “Kau jatuh ke dalam perangkap nya. Kau tidak bisa lihat tipuannya sudah dimulai ?”. Jang Mi mengambil pisau “Aku tidak tahu. Ini ambilah”. Ki Tae “Lakukanlah sendiri”. Jang Mi “Ini kan untuk kakekmu”. Ki Tae “Tapi, kenapa kau tidak mendengarkan nasihatku?”. Jang Mi mengancam “Haruskah aku mengakui kalau ini semua hanya akting?”. Ki Tae tidak bisa menjawab, ia sudah kalah dari Jang Mi (HAHAHAHA)





Jang Mi dan Ki Tae sudah duduk untuk mengupas kastanya. Ki Tae mengupas dengan asal-asalan dan menaruhnya dimangkuk yang sudah penuh dengan kastanya. Jang Mi mengambil kastanya yang baru diletakkan oleh Ki Tae “Kupas lebih bersih!”. Ki Tae menghela napasnya dan memakan kastanya yang ia kupas “Aku belum pernah melakukan ini”. Jang Mi “Kau seharusnya malu. Kau selalu saja dimanja selama 30 tahun ini”. Ki Tae “Aku tidak bisa mengerti. Aku tidak menyuruhmu untuk bekerja keras seperti ini”. Jang Mi “Aku Cuma merasa kasihan padanya”. Ki Tae “Siapa? Ibuku?”. Jang Mi “Ya. Dia sudah bekerja keras untuk keluargamu. Tapi, kau tidak menurutinya”. Ki Tae “Kau tak pernah tinggal bersamanya”. Jang Mi “Kau tidak boleh begini, walau kau pernah tinggal bersamanya. Itu. .. Aku mau memberitahumu sesuatu. Tapi, kau nanti bisa terluka. Maksudku, kau akan sakit hati”. Ki Tae “Apa itu?”. Jang Mi “Tapi aku harus memberitahumu ini sebelum terlambat”. Ki Tae menatap wajah Jang Mi. Jang Mi “Kau bisa bicara denganku. Aku akan mendengarkannya. Aku juga terluka saat orang tuaku bertengkar”. Ki Tae “Apa yang kau ingin katakan?”. Jang Mi “Jangan terkejut ya. Ayahmu punya selingkuhan”. Ki Tae marah “Diam. Bagaimana kau tahu?”. Jang Mi “Aku melihatnya”. Ki Tae “Urusi saja urusanmu sendiri”. Jang Mi “Kau sudah tahu ya?”





Ki Tae berdiri dan mengambil air untuk minum, ia berusaha untuk memenangkan hatinya. Jang Mi “Kenapa kau tidak melakukan sesuatu dengan hal itu? Kau tidak bisa membiarkan ayahmu begini. Dia harus berhenti sebelum Ibumu tahu. Jika kau tidak bisa, aku yang akan menemuinya, dan..”. Ki Tae “Kau pikir kau siapa?”. Jang Mi “Apa maksudmu siapa? Aku…”. Ki Tae “Tidak usah ikut campur urusan keluarga kami”. Ki Tae menendang mangkuk yang berisi kastanya “Kau pikir kau bagian keluarga kami setelah kau melakukan ini?”. Jang Mi “Hei.. aku memikirkanmu”. Ki Tae “Aku tidak pernah memintamu begitu. Hubungan kita akan berakhir besok. Ingat itu?”. Jang Mi juga marah “Baiklah. Aku sangat menyesal, aku telah ikut campur dalam urusan keluargamu yang hebat itu!”.





Jang Mi keluar dari rumah Ki Tae. Jang Mi berbicara sendiri “Aku kan cuma khawatir padanya. Dasar bodoh !”. Ekspresi wajah Jang Mi berubah menjadi sedih “Dia benar-benar bodoh. Dia terus diam dan menyimpannya sendiri”. Jang Mi masuk ke dalam lift dan ekspersi wajahnya berubah lagi “Sudahlah. Aku juga tidak ingin berhubungan dengan mu! Adegan terburuk akan ku tunjukkan, agar semuanya berakhir besok!”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar