Love these songs^^

Selasa, 08 Juli 2014

Sinopsis Marriage Not Dating Episode 1 Part 2






Ki Tae sedang memeriksa perkembangan dari dada Se Ah “Karena sel-sel induk akan meningkatkan sel-sel lemak. Jadi, ini lebih baik dari pada injeksi lemak autologus”. Se Ah “Tidak perlu di perbaiki lagi?”. Ki Tae “Tidak kalau kau sudah puas”. Se Ah “Aku tidak suka ukuran ini. Bagaimana menurutmu sebagai seorang pria?”. Ki Tae berpindah tempat untuk menjelaskan hal itu pada Se Ah “Sebagai seorang pria.  Payudara besar tidak trendi lagi sekarang. Ukuran itu sudah proporsional dengan tubuhmu. Itu adalah mahakarya”. Se Ah “Keterampilan bedahmu sangat bagus, Tapi, sayangnya kau tidak punya peralatan cell-count. Datang lah ke RSku”. Ki Tae “Kenapa kau tidak operasi saja di RS mu?”. Se Ah “Aku tidak bisa mengoperasi diriku sendiri. Lagian, kau ahli bedah terbaik ke-2 yang ku tahu”. Ki Tae “Ada ribuan dokter yang lebih hebat dariku. Aku juga yakin banyak dokter yang hebat di RSmu”. Se Ah “Kau juga menyuruhku cari pria yang lebih baik darimu 3 tahun yang lalu”. Ki Tae “Aku bilang begitu?”. Se Ah “Mungkin itu diucapkan oleh pria lain”


Jang Mi sedang minum disebuah bar, walaupun ia sudah mabuk,  ia masih mencoba untuk menghubungi Hoon Dong yang tidak mau menjawab panggilannya “Kau... Kau akan terus seperti ini? Jika kau terus begini, aku bisa kembali padamu melalui Ibumu”.



FLASHBACK
Hoon Dong datang dan berbicara pada Jang Mi yang sedang duduk dan minum sendirian “Kau akan mabuk nanti”. Jang Mi “Itulah gunanya minuman keras”. Jang Mi meneguk minumannya dan tersenyum, ia pun pamit untuk pergi ke toilet. Saat I  a mau berdiri, Jang Mi yang mabuk hampir jatuh dan ditahan oleh Hoon Dong yang ada disampingnya. Jang Mi menatap wajah Hoon Dong. Hoon Dong “Aku mencoba mengendalikan diriku. Tapi, kau tidak membantuku”. Hoon Dong pun mendekatkan wajahnya pada Jang Mi dan mencium Jang Mi. Dan dari situlah hubungan mereka dimulai….




Jang Mi juga menengang tentang banyak hal Hoon Dong lakukan padanya. Mulai dari Hoon Dong yang selalu memujinya saat ia makan banyak (lebih tepatnya bunuh diri. Hahaha), Hoon Dong yang memberikan sepatunya saat Jang Mi lelah setelah bekerja dengan berdiri sehari penuh dan Hoon Dong yang selalu memberi dukungan dan semangat padanya.



Jang Mi sedih mengingat semua kenangan itu “Dia masih peduli padaku”. Hyun Hee datang dan duduk disebelah Jang Mi “Kau harus memikirkan hal ini bersama Ibunya”. Jang Mi “Aku tidak akan pergi”. Hyun Hee “Kalau kau ingin menikah, orang tua lah yang paling penting. Jika orang tua membuat keputusan, dia pasti akan mematuhi mereka”. Jang Mi “Aku tidak ingin pernikahan seperti itu”. Hyun Hee “Kau tidak menyesal?”. Jang Mi “Tidak”. Hyun Hee “Kau yakin?”. Jang Mi “Ya. IIni sudah berakhir. Aku tidak butuh brengsek seperti dia”







Berbeda dengan apa yang ia katakan pada Hyun Hee, Jang Mi memutuskan untuk datang ke rumah Hoon Dong. Di depan pagar rumah Hoon Dong, ia masih saja bergulat dengan kata hati dan pikirannya. Jang Mi mau memencet bel rumah itu “Lagian ibunya yang mengundangku. Aku tidak boleh menolaknya, kan?”. Pikirannya berubah lagi “Tidak, ini sudah berakhir. Tidak ada gunanya”. Jang Mi terus bolak-balik didepan pagar itu untuk memutuskan masuk atau tidak, tiba-tiba sebuah mobil berhenti dan dari dalam itu Ibu Hoon Dong yang asli berbicara pada Jang Mi “Siapa kau? Kenapa kau mengintai di depan rumahku?”. Jang Mi “Aku di undang kemari”. Ibu Hoon Dong “Diundang? Oleh siapa?”. Jang Mi “Ibunya Hoon Dong”. Ibu Hoon Dong “Aku? Aku tidak pernah mengundangmu”. Jang Mi “Tidak, bukannya kau. Ibunya Hoon Dong. Dia yang mengundangku”. Ki Tae juga sampai di rumah Hoon Dong, dari dalam mobilnya, ia melihat Jang Mi yang sedang berbicara dengan Ibu Hoon Dong. Ibu Hoon Dong “Aku ini Ibunya Lee Hoon Dong. Aku tidak pernah mengundangmu”. Ki Tae berbicara dimobilnya “Apa ini? Dia keras kepala sekali”



Ibu Hoon Dong keluar dari mobilnya dan berhadapan langsung dengan Jang Mi “Apa kau orangnya?”. Jang Mi bingung “Ya?”. Ibu Hoon Dong “Dia kan sudah sopan putus denganmu, tapi kau tetap mau menempel padanya. Kau ini mau menyiksa Hoon Dong, ya?”. Jang Mi masih bingung. Ibu Hoon Dong “Kau menguntitnya. Kau tahu kan itu kejahatan?”. Jang Mi “Apa? Menguntit apanya? Aku diundang kesini. Aku dan Hoon Dong Oppa…”. IbU Hoon Dong “Aku dengar, kau mendapatkan dia dengan cara tidur bersamanya saat mabuk kan?”. Jang Mi “Apa? Apa itu yang dia katakan? ”. Ibu Hoon Dong “Aku dengar kau itu sangat rakus. Termasuk caramu makan”. Jang Mi “Lee Hoon Dong yang bilang begitu?”. Ibu Hoon Dong “Aku juga dengar kau membuat pesta besar untuknya. Di kamar hotel dan ada kue. Kau tahu betapa terkejutnya anakku yang malang itu?”. Jang Mi kecewa dengan Hoon Dong “ Si brengsek itu yang bilang begitu?”. Ibu Hoon Dong “ Brengsek? Brengsek?”




Ibu Hoon Dong membanting kue yang dibawa oleh Jang Mi “Dia sudah coba baik padamu. Agar kau bisa menyelamatkan wajahmu. Sudah saatnya kau menyerah. Beraninya kau datang ke rumahku? Tidak sopan begini”. Jang Mi “Aku tidak sopan? Bagaimana dengan anakmu yang menghindari orang yang dia kencani selama 1 tahun? Dia bersembunyi di balik temannya dan ibu-nya. Apa itu sopan?”. Ibu Hoon Dong juga kesal “Kenapa, kau..”. Jang Mi “Aku mengerti sekarang. Apa yang brengsek itu mau. Tapi, aku ingin mendengarnya dari si brengsek itu sendiri. Jadi katakan padanya, Ucapkan 'selamat tinggal'nya sendiri. Suruh dia bertindak manusiawi, setidaknya untuk hari terakhir kami”. Jang Mi pun pergi dari hadapan Ibu Hoon Dong





Ki Tae turun dari mobilnya dan berpapasan dengan Jang Mi. Jang Mi berhenti dan melihat Ki Tae, ia mencoba untuk menahan air matanya. Ki Tae juga melihat ke arah Jang Mi tetapi ia langsung mengabaikan Jang Mi setelah Ibu Hoon Dong menyapanya. Ibu Hoon Dong “Oh, Ki Tae! Kenapa kau ke sini? Maksudku, kapan kau sampai di sini?”. Ki Tae “Aku ke sini mau minta maaf tentang kencan buta kemarin”. Jang Mi kembali berjalan pergi, ia tidak menghiraukan Ki Tae dan Ibu Hoon Dong lagi





Kita beralih ke rumah keluarga Ki Tae…
Keluarga Ki Tae sedang menunggu kedatangan Jang Mi yang telah diundang oleh Ibu Ki Tae. Ibu Ki Tae telah menyiapkan banyak makanan untuk menyambut Jang Mi, tetapi Jang Mi yang salah mengenali orang belum juga datang ke rumah Ki Tae. Bibi Ki Tae “Ibu aku lapar”. Nenek Ki Tae “Tunggu sebentar”. Bibi Ki Tae “Apa kita telpon saja Ki Tae?”. Ibu Ki Tae “Tidak. Tidak perlu”. Ayah Ki Tae “Aku mau ke kantorku dulu. Aku punya berkas penting yang harus dibaca”. Nenek Ki Tae “Lalu, kau tidak akan kembali kesini ?”. Ayah Ki Tae “Maafkan aku. Kau tidak perlu mengantarku keluar”. Ayah Ki Tae pun pergi dari meja makan, Ibu Ki Tae juga pergi untuk mengantarkan Ayah Ki Tae. Nenek Ki Tae langsung angkat bicara lagi “Ki Tae saja belum pulang selama 3 tahun. Apalagi pacarnya yang mau kesini, hah?”. Bibi Ki Tae “Bong Hyang (Ibu Ki Tae) sudah mengundangnya. Dia pasti akan datang”. Nenek Ki Tae memakan salah satu lauk “Ah, aku akan mati kelaparan nanti”


Ibu Ki Tae mengantar Ayah Ki Tae sampai diluar rumah. Ayah Ki Tae masuk ke mobilnya dan akhirnya pergi. Setelah Ayah Ki Tae pergi, Ibu Ki Tae langsung menghubungi seseorang “Apa ini agen real estate?”



Selanjutnya, kita ke keluarga sederhana yang dimiliki oleh Jang Mi….^^
Ayah dan Ibu Jang Mi sedang bekerja dirumah makan kecil milik mereka. Ayah Jang Mi menanyakan keberadaan Jang Mi lewat tulisan dipapan kecil miliknya. Ibu Jang Mi membalas dengan mengirimkan pesan tidak tahu pada suaminya (Aneh mereka gak mau bicara). Ayah Jang Mi kembali menulis pertanyaan pada papan kecilnya “Kapan dia datang?”. Ibu Jang Mi membalas dengan pesan “Tidak tahu”. Ayah Jang Mi menulis lagi “Coba tanya dia”. Ibu Jang Mi membalas lagi “Kau saja”





Jang Mi datang dan mengaggetkan Ayahnya “Kalian berbuat ini lagi ya?”. Ayah Jang Mi “Kapan kau datang?”. Jang Mi “Kalian berdua kan di sini. Kenapa harus begini segala?”. Ibu Jang Mi “Kenapa kau ke sini?”. Jang Mi “Aku hanya ingin datang”. Ibu Jang Mi “Kapan kau membawa manajer restoran itu? Kau bilang kau akan menikah. Keluarganya tidak suka karena  kita menjual minuman ?”. Jang Mi “Bukan begitu…”. Ibu Jang Mi “Aku sudah tahu itu. Jika aku jadi mereka, aku juga tidak mau punya menantu penjual bir. Suruh ayahmu tutup tempat sialan ini”. Ayah Jang Mi “Bisnis adalah bisnis. Beritahu ibumu tidak usah ribut mau buka restoran. Lagian, dia cuma tahu masak potongan daging babi!”. Ibu Jang Mi “Aku selalu menggoreng ayam seumur hidupku untuk suami yang serakah. Dan, aku belum pernah ke restoran steak. Jadi, aku hanya bisa mencoba potongan daging babi. Beritahu ayahmu itu sebabnya”. Jang Mi kesal, ia pun menaikan nada suaranya “Hentikan! Saling berhadapan lah kalau kalian bertengkar! Lempar TV atau pecahkan pot bunga seperti sebelumnya! Setidaknya kalian seperti pasangan yang normal kalau seperti itu”. Ponsel Jang Mi berbunyi, ia mendapatkan sebuah pesan baru. Jang Mi membaca pesan itu dan menjadi semakin kesal




Jang Mi mengambil sebotol soju dan meminumnya dengan sekali teguk. Ayah Jang Mi mau menghentikan Jang Mi untuk meminum seluruh soju itu tetapi ia terlambat. Ayah Jang Mi “Hei apa yang kau lakukan? Kau kenapa?”. Jang Mi tidak menjawab pertanyaan Ayahnya dan langsung pergi. Ibu Jang Mi “Ada apa dengannya?”. Ayah Jang Mi “Pasti ada sesuatu terjadi”. Ibu Jang Mi “Aku tidak bertanya padamu”. Ayah Jang Mi “Aku juga sedang bicara dengan diriku sendiri. Ah hal ini benar-benar….”. BAHAHAHAHA


Hoon Dong membaca pesan yang ia kirimkan pada Jang Mi “Terima kasih. Maaf. Berbahagialah”. Ia kelihatan pusing.
CARA PUTUS SECARA MANUSIAWI
3.        KIRIM PESAN TEKS




Ki Tae masuk ke restoran Hoon Dong. Se Ah yang duduk tepat dibelakang Hoon Dong mengangkat tangannya pada Ki Tae. Ki Tae “Tunggu sebentar”. Ki Tae pun duduk di meja yang di tempati oleh Hoon Dong. Ki Tae “Hei, ayo kita bicara”. Hoon Dong “Aku sudah dengar dari ibuku. Kau ke rumahku, ya?”. Ki Tae “Temui Jang Mi”. Hoon Dong kaget “Kenapa?”. Se Ah berbalik saat mendengar nama wanita ( Jang Mi) dan juga mendengarkan percakapan Ki Tae dan Hoon Dong. Ki Tae “Kau harus ucapkan 'pisah' padanya secara langsung”. Hoon Dong “Kenapa kau terlihat serius sekali? Tidak usah khawatir, kau tidak akan terganggu lagi. Dia tidak akan pernah muncul lagi. Kali ini, aku sudah berakhir dengannya untuk selamanya”



Jang Mi masuk dengan tak sengaja membunyikan suara pintu karena tingkat kesadaran dan keseimbangannya mulai hidang (Mabuk HAAHAHA). Hoon Dong kaget karena suara pintu itu, ia berbalik dan melihat ke arah pintu masuk dan menjadi lebih kaget lagi. Yeo Reum yang akan mengantarkan pesanan bir pada pelanggan pun menyapa Jang Mi. Yeo Reum “Kau ke sini mau menemuiku, ya? Kau tidak ke sini mencari Manager lagi kan?”. Tatapan Jang Mi hanya tertuju pada Hoon Dong yang sedang duduk, ia mengambil bir yang dibawa oleh Yeo Reum dan menghabiskan bir itu dengan sekali teguk (Lagi dan lagi). Yeo Reum “Oh, kau tidak bisa…”. Hoon Dong menganga melihat Jang Mi yang seperti itu




Jang Mi mendekat ke arah Hoon Dong dengan memegang botol bir tadi. Yeo Reum tersenyum melihat tingkah Jang Mi “Ini semakin menarik”.  Hoon Dong mulai ketakutan melihat Jang Mi yang mendekat padanya, ia mencoba menghindar tetapi Jang Mi terus mengikutinya dengan memegang botol bir. Jang Mi berbicara dengan manja “Akhirnya, aku bisa melihatmu. Kenapa kau tidak meneleponku?”. Hoon Dong “Jang Mi, kau tidak baca pesanku?”. Jang Mi “Pesan?”. Jang Mi melompat-lompat kegirangan bersama dengan Hoon Dong. Jang Mi mengambil ponselnya dan membaca pesan dari Hoon Dong “Terima kasih. Maaf. Berbahagialah ! Kau berterima kasih atas semua yang telah kita lewati bersama selama ini. Kau minta maaf karena menjadi seorang pecundang, tapi mari kita akhiri ini sekarang. Dan yang terakhir, kau tidak ingin aku kembali. Benarkan itu maksud pesanmu? Aku memang bodoh, tapi, aku sangat tahu maksudmu itu”.






Hoon Dong mulai ketakutan lagi, ia mencoba meminta tolong tetapi tidak ada yang menolongnya. Jang Mi mulai mengarahkan botol bir itu dibadan Hoon Dong “Kau mau membodohiku, dengan pesan itu? Kau pikir aku tidak tahu?”. Hoon Dong “Ok, lepaskan dulu botol ini. Lepaskan sebentar”. Jang Mi menurunkan lagi botol itu, ia pun meluapkan semua perasaan yang ia rasakan “Aku tulus mencintaimu, aku sangat terluka sekarang, padahal aku telah memimpikan masa depan bersamamu! Bagaimana bisa kau mengakhiri ini semua hanya dengan 1 pesan?”. Jang Mi mengangkat botol itu dan mau mengarahkan botol itu pada Hoon Dong, Ki Tae yang sigap langsung  menahan tangan Jang Mi. Hoon Dong histeris karena takut dipukuli oleh Jang Mi, ia sadar kalau Jang Mi telah ditahan oleh Ki Tae dan berlari menuju ruangan bawah (Tempat toilet). Di depan pintu toilet, Hoon Dong yang sangat ketakutan akhirnya menghubungi polisi dan melaporkan Jang Mi sebagai seorang Stalker yang sudah menyerangnya (Penguntit)




Tangan Jang Mi masih ditahan oleh Ki Tae. Jang Mi “Kau lagi”. Ki Tae “Aku sedang membantumu. Kau harusnya bersyukur”. Jang Mi “Apa? Kenapa? Kau takut aku akan jadi lebih menyedihkan lagi? Tapi, aku harus bagaimana lagi? Aku tidak bisa mengakhiri ini dengan tenang secara manusiawi seperti kalian. Aku perlu bicara dengannya walau aku akan terlihat menyedihkan! Aku hanya perlu kejelasan sekarang!”. Jang Mi menangis dihadapan Ki Tae. Ki Tae pun luluh dan melepaskan tangannya “Kalau begitu lakukanlah”




Hoon Dong mau kembali ke atas untuk melihat keadaan di restorannya, ia kaget saat Jang Mi muncul dan ia segera berlari masuk ke dalam toilet. Jang Mi mengetuk pintu toilet “Hei Lee Hoon Dong. Keluar kau! Jika kau tidak menginginkan aku lagi, katakan langsung padaku! Baru aku akan pergi, brengsek!”. Ki Tae datang dan mau menenangkan Jang Mi, ia memegang Jang Mi untuk membawa Jang Mi pergi dari tempat itu tetapi Jang Mi yang terlanjur terbawa emosi, menolak pergi dan tidak sengaja memukul wajah Ki Tae dengan botol. Se Ah berserta beberapa pekerja Hoon Dong termasuk Yeo Reum juga turun ke tempat itu, mereka kaget karena melihat Ki Tae dan langsung menanyakan keadaan Ki Tae yang mimisan. Se Ah memberikan sapu tangannya pada Ki Tae sedangkan Jang Mi yang tidak tahu kalau ia telah melukai Ki Tae masih berusaha untuk membuat Hoon Dong keluar dari toilet. Jang Mi “Hei! Memangnya sulit mengucapkan selamat tinggal di depan wajahku langsung? Aku akan coba mengerti kalau aku melihat wajahmu langsung. Kenapa dan bagaimana semua ini menjadi seperti ini. Aku pikir aku akan bisa mengerti, kalau aku melihat matamu. Kita berdua saling jatuh cinta. Tapi, kau ingin berpisah dengan cara seperti ini?”





Hoon Dong yang masih berada didalam toilet dan ketakutan menghubungi Polisi lagi “Polisi, aku sangat ketakutan sampai mau mati. Cepatlah!”. Jang Mi menarik pintu toilet dan karena Hoon Dong hanya menahan dengan satu tangannya, pintu itu pun terbuka. Semua orang yang ada ditempat itu kaget dan Hoon Dong tidak bisa melarikan diri lagi. Jang Mi yang berhasil menatap mata Hoon Dong, menjatuhkan botol yang ia pegang “Ya. Sekarang aku mengerti karena aku sudah melihat wajahmu. Cuma aku yang jatuh cinta. Semuanya hanya aku yang rasakan”. Jang Mi menitikan air matanya, ia sadar bahwa di mata Hoon Dong tidak ada cinta untuknya, yang sekarang ia lihat hanya ketakutan.





Ki Tae dan Jang Mi sudah berada di kantor Polisi. Pak polisi yang menangani kasus Jang Mi membangunkan Jang Mi yang tertidur “Nona, bangunlah. Kenapa kau melakukan itu?”. Jang Mi “Aku hanya merindukan dia! Aku mencintainya. Aku ingin melihat dia! Dan menyentuhnya! Itulah yang dilakukan pasangan! Cinta sejati!”. Salah satu ahjussi yang juga sedang mabuk berbicara “Benar. Kau tahu kenapa banyak orang mengalami depresi? Karena mereka kekurangan sentuhan manusia lain!”. Pak Polisi “Dia bilang tidak begitu. Jika kau terus begini, ini termasuk kejahatan”. Jang Mi “Aku tidak tahu dia tidak menginginkanku. Aku pikir aku bisa mengubah dirinya. Aku mau berusaha mengubahnya. Lalu selanjutnya aku ingin berakhir dengannya dengan cara baik baik”. Ahjussi yang mabuk menambahkan “Ya! Orang Korea punya sifat kemauan yang kuat!”. Pak Polisi “Ahjussi tenanglah”. Jang Mi “Kenapa dia di sini?”. Pak Polisi “Dia menganiaya rekan wanitanya saat makan malam kantor. Karena wanita itu terus menolaknya, saat dia menawarkan alcohol”. Ahjussi mabuk berbicara lagi “Aku suka rekan kerjaku itu! Aku rasa dia sangat imut! Memangnya salah menepuk punggungnya? Jangan kecewa. Tapi, mereka menyebutnya itu sebagai penyerangan dan penguntitan, padahal aku tidak bersalah. Mereka semua seperti itu!”. Jang Mi “Oh, begitu. Aku menguntit dia. Aku adalah penguntit!”. Jang Mi menangis dan histeris sendiri. Ki Tae hanya melihatnya dari belakang. Jang Mi teringat sesuatu  “Karena aku di sini, bisakah kau cari orang yang hilang?”. Pak Polisi “Apa?”. Jang Mi “Wanita ini mengundangku ke rumahnya, tapi ternyata dia bukan Ibunya. Dia mengundangku kerumahnya, tapi ternyata dia tidak mengundangku. Lalu, siapa wanita yang mengundangku itu? Kenapa wanita berpenambilan baik itu melakukan ini? Kau tahu?”. Pak Polisi “Apa yang kau bicarakan? Hei, kau tahu apa yang dia katakan?”. Ki Tae “Tidak”. Jang Mi “Ini sangat aneh. Siapa dia? Aku harus bertemu dengannya”




Ki Tae sedang mandi dirumahnya, ia mengingat Jang Mi yang mengatakan bahwa dia tulus mencintai Hoon Dong, ia juga mengingat Jang Mi saat Jang Mi sadar bahwa Hoon Dong tidak mencintai dia. Ki Tae berbicara sendiri “Bodoh. Aku sudah memberitahukannya. Kenpa ia kesana (Restoran Hoon Dong)?”. Ki Tae mengingat lagi, saat ia bersama dengan Jang Mi dikantor Polisi.



FLASHBACK…..
Jang Mi sedang tidur karena efek mabuknya. Ki Tae bertanya pada Pak Polisi yang menangani kasus Jang Mi “Ini kejahatan pertamanya. Apa dia akan dihukum?”. Pak Polisi “Dia akan memiliki persidangan langsung”. Ki Tae “Bagaimana kalau bayar denda saja, tidak usah ke pengadilan?”. Pak Polisi “Kenapa? Bukankah dia yang menyerangmu?”. Ki Tae “Oh, ini?”. Ki Tae tisu yang dipasang untuk menghentikan mimisannya “Tidak, aku yang memukul diriku sendiri”. Pak Polisi “Tapi, Ibu korban ingin dia di hukum berat”



Ki Tae berpikir tentang persidangan Jang Mi “Apa sidangnya hari ini?”. Ki Tae mendengar suara dari ruang tamunya, ia mengeraskan suara musik di kamar mandinya tetapi suara berisik itu juga makin besar.



Ki Tae keluar dan mendapati agen real estate sedang menunjukkan rumahnya pada dua wanita kembar. Agen Real Estate “Oh anda ada disini, aku tidak tahu”. Ki Tae “Apa yang kalian lakukan di rumahku?”. Agen Real Estate “Kami datang untuk melihat rumah. Kau kan mendaftar ke agen kami kalau rumah ini mau di sewa”. Ki Tae “Sewa? Kau pasti salah ”. Agen itu “Kau bilang kau butuh penyewa baru secepat mungkin. Kau bilang aku bisa datang kapan saja karena ini sangat mendesak”. Agen itu pun menyuruh dua wanita kembar itu untuk melihat keadaan rumah Ki Tae. Ki Tae “Sekarang giliran pemilik rumah ini yang memberikanku masalah”.



Dua wanita kembar itu sangat menyukai rumah Ki Tae, mereka berdua memuji keindahan dan kebersihan rumah Ki Tae. Ki Tae “Aku yang merenovasinya sendiri. Permisi. Ini pasti ada salah paham. Aku tidak mengdaftar rumah ini ke agenmu untuk disewa. Jadi, bisa kalian pergi sekarang?”. Agen itu “Kami akan melihat lihat rumah ini dengan cepat”. Ki Tae stress karena rumahnya penuh dengan orang-orang yang menjengkelkan “Bisakah kalian pergi sekarang? Pergilah sekarang!”



Ki Tae berbicara dengan ibunya “Aku mau menyewa rumah itu”. Ibu Ki Tae “Kau ingin menyelesaikan segalanya dengan uang”. Ki Tae “Ibu yang pertama menyelesaikan masalahmu lewat agen real estate”. Ibu Ki Tae “Aku tidak tahu itu akan sangat efektif. Sampai kau ingin bertemu denganku. Sudah bertahun-tahun , aku tidak duduk denganmu seperti ini. Sangat menyenangkan. Mari kita lakukan ini setiap hari kalau kau sudah pindah ke rumah kita”. Ki Tae “Aku tidak akan pernah menyerahkan rumah itu”. Ibu Ki Tae “Kau ingin rumah atas namaku tapi tidak ingin tinggal bersamaku. Kau tak tahu malu”. Ki Tae “Aku akan menandatangani kontrak dan memberimu depositnya. Atau kau ingin menjualnya padaku?”. Ibu Ki Tae “Aku tidak tahu kenapa kau sangat suka rumah itu. Tidak banyak kenangan indah di sana. Hidup sendirian itu terlihat menyedihkan bagi orang lain”. Ki Tae “Kau yang terus hidup dengan khawatir pada orang lain”. Ibu Ki Tae “Bawa wanita yang aku undang”. Ki Tae “Siapa yang kau undang?”. Ki Tae mengingat bahwa Jang Mi pernah mengatakan bahwa ada wanita yang mengundangnya ke rumahnya. Ki Tae “Jadi, kau mengundangnya?”. Ibu Ki Tae “Mereka akan menandatangani. Bawa gadis itu atau kau pindah dari rumah itu”. Ki Tae berpikir dan memutuskan untuk pergi ke persidangan Jang Mi (Sekalian bawa Jang Mi nyaa)



Jaksa memberikan berbagai jumlah denda untuk setiap kasus. Setelah melewati beberapa persidangan untuk tersangka yang lain, kasus Jang Mi pun disidangkan.  Hakim memanggil Jang Mi untuk maju “Kasus No. 3592. Terdakwa Joo Jang Mi, silakan bersaksi”. Jang Mi maju dengan sangat percaya diri. Hakim “Anda melakukan penyiksaan secara terus-menerus, anda mengakuinya?”. Jang Mi Tertawa dan tidak menjawab pertanyaan Hakim. Hakim “Tergugat?”.




Di pintu masuk kejaksaan Ki Tae yang sedang buru-buru ditahan oleh petugas keamanan karena tidak melewati proses pemeriksaan dan tidak melepaskan barang elektronik yang ia bawa . Ki Tae melepaskan jam dan memberikan ponselnya. Hakim kembali menanyakan jawaban Jang Mi “Anda mengakui anda bersalah karena menguntit?”. Jang Mi “Aku ini penyihir gila. Aku ini sudah gila”. Ki Tae meminta ijin pada petugas keamaan “Maaf, aku sedang buru-buru”. Petugas keamaan “Kau mau kemana?”. Ki Tae “Aku harus pergi bersaksi”. Petugas keamaan “Memangnya apa hubungan kalian?”. Jang Mi melanjutkan pembelaannya “Inilah yang kukatakan pada si brengsek itu….”. Ki Tae menjawab “Dia tunanganku”.  Disaat yang bersaman Jang Mi melanjutkan kata-katanya “Mari kita menikah !”





Ki Tae berhasil masuk ke ruang sidang. Jang Mi terlihat kaget melihat Ki Tae yang datang di sidangnya “Kenapa si brengsek itu ke sini?”. Seorang tersangka lain berbicara “Dia brengsek yang kau maksud?”. Ki Tae maju ke dekat Jang Mi “Bisa aku bersaksi?”. Jang Mi “Aku keberatan, Yang Mulia”. Hakim “Siapa kau?”. Ki Tae menjelaskan “Aku berteman dengan si pengugat. Aku tahu ceritanya sebenarnya”. Jang Mi “Ya, dia berteman dengan pria itu”. Ki Tae “Ya, dia memang menguntit pria itu. Tapi korban seharusnya menolak dengan tegas, dakwaan kalau dia melakukan kejahatan penguntit. Pria itu tidak akan pernah mengatakan tidak. Si pria hanya menghindarinya saja. Mereka berkencan dan si pria menghilang begitu saja. Bukankah wajar kalau dia mencarinya? Dia terus bersembunyi dan mengirim 1 pesan kalau hubungan mereka berakhir. Itu juga tidak jelas. Tunjukkan pada buktinya”. Jang Mi “Huh?”. Ki Tae “Serahkan pesan itu pada Yang Mulia”. Jang Mi mencari ponselnya untuk menunjukkan pesan itu. Hakim “Tidak perlu. Baik. Aku mengerti situasi ini ku menganggap kalau korban tidak bersalah. Tapi, karena kau mabuk, dan membuat keributan di tempat usahanya. Kau bersalah karena masalah itu. Aku akan memberikan denda sebesar 50.000 Won”. Jang Mi melihat Ki Tae dan Ki Tae pun tersenyum (Ada maunya tuh)


Jang Mi melihat uang 50.000 Won yang ia pegang. Di dalam hatinya ia berbicara “Harga yang aku harus bayar, untuk cintaku lebih besar daripada menyeberang sembarangan tapi lebih kecil dari memeras”




Jang Mi berjalan pulang sambil berbicara dalam hatinya “Cintaku seperti buang air kecil di jalan, semuanya berakhir di situ. Bisakah aku mencintai lagi?”. Ki Tae mucul dan menghadang Jang Mi. Jang Mi “Ada apa denganmu?”. Ki Tae “Ayo kita pergi ke rumahku!”. Jang Mi “Apa?”. Ki Tae “Bertemulah dengan Ibuku. Dia menunggumu”. Jang Mi “Apa ini? Kenapa harus aku?”. Ki Tae “Wanita yang mengundangmu sebenarnya Ibuku”. Jang Mi “Apa?”. Ki Tae tersenyum meihat Jang Mi




6 komentar:

  1. makasih loh sinopsisnya seru banget ^^ ditunggu episode 2 nya yaa

    BalasHapus
  2. Makasih mbak sinopsisnya... lanjut terus ya

    BalasHapus
  3. baru baca ep 1, makasih yaaaakkk ....

    BalasHapus
  4. baru baca sinopsisnya sekarang, telat banget wkwk

    BalasHapus
  5. Mending bikin aplikasi yg isinya kaya gini minnn. Pasti banyak yg download

    BalasHapus