Ki Tae sedang memeriksa perkembangan dari dada Se Ah “Karena
sel-sel induk akan meningkatkan sel-sel lemak. Jadi, ini lebih baik dari pada
injeksi lemak autologus”. Se Ah “Tidak perlu di perbaiki lagi?”. Ki Tae “Tidak
kalau kau sudah puas”. Se Ah “Aku tidak suka ukuran ini. Bagaimana menurutmu
sebagai seorang pria?”. Ki Tae berpindah tempat untuk menjelaskan hal itu pada
Se Ah “Sebagai seorang pria. Payudara
besar tidak trendi lagi sekarang. Ukuran itu sudah proporsional dengan tubuhmu.
Itu adalah mahakarya”. Se Ah “Keterampilan bedahmu sangat bagus, Tapi,
sayangnya kau tidak punya peralatan cell-count. Datang lah ke RSku”. Ki Tae “Kenapa
kau tidak operasi saja di RS mu?”. Se Ah “Aku tidak bisa mengoperasi diriku
sendiri. Lagian, kau ahli bedah terbaik ke-2 yang ku tahu”. Ki Tae “Ada ribuan
dokter yang lebih hebat dariku. Aku juga yakin banyak dokter yang hebat di
RSmu”. Se Ah “Kau juga menyuruhku cari pria yang lebih baik darimu 3 tahun yang
lalu”. Ki Tae “Aku bilang begitu?”. Se Ah “Mungkin itu diucapkan oleh pria
lain”
Jang Mi sedang minum disebuah bar, walaupun ia sudah
mabuk, ia masih mencoba untuk
menghubungi Hoon Dong yang tidak mau menjawab panggilannya “Kau... Kau akan
terus seperti ini? Jika kau terus begini, aku bisa kembali padamu melalui
Ibumu”.
FLASHBACK
Hoon Dong datang dan berbicara pada Jang Mi yang sedang
duduk dan minum sendirian “Kau akan mabuk nanti”. Jang Mi “Itulah gunanya
minuman keras”. Jang Mi meneguk minumannya dan tersenyum, ia pun pamit untuk
pergi ke toilet. Saat I a mau berdiri,
Jang Mi yang mabuk hampir jatuh dan ditahan oleh Hoon Dong yang ada
disampingnya. Jang Mi menatap wajah Hoon Dong. Hoon Dong “Aku mencoba
mengendalikan diriku. Tapi, kau tidak membantuku”. Hoon Dong pun mendekatkan
wajahnya pada Jang Mi dan mencium Jang Mi. Dan dari situlah hubungan mereka
dimulai….
Jang Mi juga menengang tentang banyak hal Hoon Dong lakukan
padanya. Mulai dari Hoon Dong yang selalu memujinya saat ia makan banyak (lebih
tepatnya bunuh diri. Hahaha), Hoon Dong yang memberikan sepatunya saat Jang Mi
lelah setelah bekerja dengan berdiri sehari penuh dan Hoon Dong yang selalu
memberi dukungan dan semangat padanya.
Jang Mi sedih mengingat semua kenangan itu “Dia masih peduli
padaku”. Hyun Hee datang dan duduk disebelah Jang Mi “Kau harus memikirkan hal
ini bersama Ibunya”. Jang Mi “Aku tidak akan pergi”. Hyun Hee “Kalau kau ingin
menikah, orang tua lah yang paling penting. Jika orang tua membuat keputusan,
dia pasti akan mematuhi mereka”. Jang Mi “Aku tidak ingin pernikahan seperti
itu”. Hyun Hee “Kau tidak menyesal?”. Jang Mi “Tidak”. Hyun Hee “Kau yakin?”.
Jang Mi “Ya. IIni sudah berakhir. Aku tidak butuh brengsek seperti dia”
Berbeda dengan apa yang ia katakan pada Hyun Hee, Jang Mi memutuskan
untuk datang ke rumah Hoon Dong. Di depan pagar rumah Hoon Dong, ia masih saja
bergulat dengan kata hati dan pikirannya. Jang Mi mau memencet bel rumah itu
“Lagian ibunya yang mengundangku. Aku tidak boleh menolaknya, kan?”. Pikirannya
berubah lagi “Tidak, ini sudah berakhir. Tidak ada gunanya”. Jang Mi terus
bolak-balik didepan pagar itu untuk memutuskan masuk atau tidak, tiba-tiba
sebuah mobil berhenti dan dari dalam itu Ibu Hoon Dong yang asli berbicara pada
Jang Mi “Siapa kau? Kenapa kau mengintai di depan rumahku?”. Jang Mi “Aku di
undang kemari”. Ibu Hoon Dong “Diundang? Oleh siapa?”. Jang Mi “Ibunya Hoon
Dong”. Ibu Hoon Dong “Aku? Aku tidak pernah mengundangmu”. Jang Mi “Tidak,
bukannya kau. Ibunya Hoon Dong. Dia yang mengundangku”. Ki Tae juga sampai di
rumah Hoon Dong, dari dalam mobilnya, ia melihat Jang Mi yang sedang berbicara
dengan Ibu Hoon Dong. Ibu Hoon Dong “Aku ini Ibunya Lee Hoon Dong. Aku tidak
pernah mengundangmu”. Ki Tae berbicara dimobilnya “Apa ini? Dia keras kepala
sekali”
Ibu Hoon Dong keluar dari mobilnya dan berhadapan langsung
dengan Jang Mi “Apa kau orangnya?”. Jang Mi bingung “Ya?”. Ibu Hoon Dong “Dia
kan sudah sopan putus denganmu, tapi kau tetap mau menempel padanya. Kau ini
mau menyiksa Hoon Dong, ya?”. Jang Mi masih bingung. Ibu Hoon Dong “Kau
menguntitnya. Kau tahu kan itu kejahatan?”. Jang Mi “Apa? Menguntit apanya? Aku
diundang kesini. Aku dan Hoon Dong Oppa…”. IbU Hoon Dong “Aku dengar, kau
mendapatkan dia dengan cara tidur bersamanya saat mabuk kan?”. Jang Mi “Apa?
Apa itu yang dia katakan? ”. Ibu Hoon Dong “Aku dengar kau itu sangat rakus.
Termasuk caramu makan”. Jang Mi “Lee Hoon Dong yang bilang begitu?”. Ibu Hoon
Dong “Aku juga dengar kau membuat pesta besar untuknya. Di kamar hotel dan ada
kue. Kau tahu betapa terkejutnya anakku yang malang itu?”. Jang Mi kecewa
dengan Hoon Dong “ Si brengsek itu yang bilang begitu?”. Ibu Hoon Dong “
Brengsek? Brengsek?”
Ibu Hoon Dong membanting kue yang dibawa oleh Jang Mi “Dia
sudah coba baik padamu. Agar kau bisa menyelamatkan wajahmu. Sudah saatnya kau
menyerah. Beraninya kau datang ke rumahku? Tidak sopan begini”. Jang Mi “Aku
tidak sopan? Bagaimana dengan anakmu yang menghindari orang yang dia kencani
selama 1 tahun? Dia bersembunyi di balik temannya dan ibu-nya. Apa itu sopan?”.
Ibu Hoon Dong juga kesal “Kenapa, kau..”. Jang Mi “Aku mengerti sekarang. Apa
yang brengsek itu mau. Tapi, aku ingin mendengarnya dari si brengsek itu
sendiri. Jadi katakan padanya, Ucapkan 'selamat tinggal'nya sendiri. Suruh dia
bertindak manusiawi, setidaknya untuk hari terakhir kami”. Jang Mi pun pergi
dari hadapan Ibu Hoon Dong
Ki Tae turun dari mobilnya dan berpapasan dengan Jang Mi. Jang Mi berhenti dan melihat Ki Tae, ia mencoba untuk menahan air matanya. Ki Tae juga melihat ke arah Jang Mi tetapi ia langsung mengabaikan Jang Mi setelah Ibu Hoon Dong menyapanya. Ibu Hoon Dong “Oh, Ki Tae! Kenapa kau ke sini? Maksudku, kapan kau sampai di sini?”. Ki Tae “Aku ke sini mau minta maaf tentang kencan buta kemarin”. Jang Mi kembali berjalan pergi, ia tidak menghiraukan Ki Tae dan Ibu Hoon Dong lagi
Ki Tae turun dari mobilnya dan berpapasan dengan Jang Mi. Jang Mi berhenti dan melihat Ki Tae, ia mencoba untuk menahan air matanya. Ki Tae juga melihat ke arah Jang Mi tetapi ia langsung mengabaikan Jang Mi setelah Ibu Hoon Dong menyapanya. Ibu Hoon Dong “Oh, Ki Tae! Kenapa kau ke sini? Maksudku, kapan kau sampai di sini?”. Ki Tae “Aku ke sini mau minta maaf tentang kencan buta kemarin”. Jang Mi kembali berjalan pergi, ia tidak menghiraukan Ki Tae dan Ibu Hoon Dong lagi
Kita beralih ke rumah keluarga Ki Tae…
Keluarga Ki Tae sedang menunggu kedatangan Jang Mi yang
telah diundang oleh Ibu Ki Tae. Ibu Ki Tae telah menyiapkan banyak makanan
untuk menyambut Jang Mi, tetapi Jang Mi yang salah mengenali orang belum juga
datang ke rumah Ki Tae. Bibi Ki Tae “Ibu aku lapar”. Nenek Ki Tae “Tunggu
sebentar”. Bibi Ki Tae “Apa kita telpon saja Ki Tae?”. Ibu Ki Tae “Tidak. Tidak
perlu”. Ayah Ki Tae “Aku mau ke kantorku dulu. Aku punya berkas penting yang
harus dibaca”. Nenek Ki Tae “Lalu, kau tidak akan kembali kesini ?”. Ayah Ki
Tae “Maafkan aku. Kau tidak perlu mengantarku keluar”. Ayah Ki Tae pun pergi
dari meja makan, Ibu Ki Tae juga pergi untuk mengantarkan Ayah Ki Tae. Nenek Ki
Tae langsung angkat bicara lagi “Ki Tae saja belum pulang selama 3 tahun.
Apalagi pacarnya yang mau kesini, hah?”. Bibi Ki Tae “Bong Hyang (Ibu Ki Tae)
sudah mengundangnya. Dia pasti akan datang”. Nenek Ki Tae memakan salah satu
lauk “Ah, aku akan mati kelaparan nanti”
Ibu Ki Tae mengantar Ayah Ki Tae sampai diluar rumah. Ayah
Ki Tae masuk ke mobilnya dan akhirnya pergi. Setelah Ayah Ki Tae pergi, Ibu Ki
Tae langsung menghubungi seseorang “Apa ini agen real estate?”
Selanjutnya, kita ke keluarga sederhana yang dimiliki oleh
Jang Mi….^^
Ayah dan Ibu Jang Mi sedang bekerja dirumah makan kecil
milik mereka. Ayah Jang Mi menanyakan keberadaan Jang Mi lewat tulisan dipapan
kecil miliknya. Ibu Jang Mi membalas dengan mengirimkan pesan tidak tahu pada
suaminya (Aneh mereka gak mau bicara). Ayah Jang Mi kembali menulis pertanyaan
pada papan kecilnya “Kapan dia datang?”. Ibu Jang Mi membalas dengan pesan
“Tidak tahu”. Ayah Jang Mi menulis lagi “Coba tanya dia”. Ibu Jang Mi membalas
lagi “Kau saja”
Jang Mi datang dan mengaggetkan Ayahnya “Kalian berbuat ini
lagi ya?”. Ayah Jang Mi “Kapan kau datang?”. Jang Mi “Kalian berdua kan di
sini. Kenapa harus begini segala?”. Ibu Jang Mi “Kenapa kau ke sini?”. Jang Mi
“Aku hanya ingin datang”. Ibu Jang Mi “Kapan kau membawa manajer restoran itu? Kau
bilang kau akan menikah. Keluarganya tidak suka karena kita menjual minuman ?”. Jang Mi “Bukan
begitu…”. Ibu Jang Mi “Aku sudah tahu itu. Jika aku jadi mereka, aku juga tidak
mau punya menantu penjual bir. Suruh ayahmu tutup tempat sialan ini”. Ayah Jang
Mi “Bisnis adalah bisnis. Beritahu ibumu tidak usah ribut mau buka restoran. Lagian,
dia cuma tahu masak potongan daging babi!”. Ibu Jang Mi “Aku selalu menggoreng
ayam seumur hidupku untuk suami yang serakah. Dan, aku belum pernah ke restoran
steak. Jadi, aku hanya bisa mencoba potongan daging babi. Beritahu ayahmu itu
sebabnya”. Jang Mi kesal, ia pun menaikan nada suaranya “Hentikan! Saling
berhadapan lah kalau kalian bertengkar! Lempar TV atau pecahkan pot bunga seperti
sebelumnya! Setidaknya kalian seperti pasangan yang normal kalau seperti itu”. Ponsel
Jang Mi berbunyi, ia mendapatkan sebuah pesan baru. Jang Mi membaca pesan itu dan
menjadi semakin kesal
Jang Mi mengambil sebotol soju dan meminumnya dengan sekali
teguk. Ayah Jang Mi mau menghentikan Jang Mi untuk meminum seluruh soju itu
tetapi ia terlambat. Ayah Jang Mi “Hei apa yang kau lakukan? Kau kenapa?”. Jang
Mi tidak menjawab pertanyaan Ayahnya dan langsung pergi. Ibu Jang Mi “Ada apa
dengannya?”. Ayah Jang Mi “Pasti ada sesuatu terjadi”. Ibu Jang Mi “Aku tidak
bertanya padamu”. Ayah Jang Mi “Aku juga sedang bicara dengan diriku sendiri.
Ah hal ini benar-benar….”. BAHAHAHAHA
Hoon Dong membaca pesan yang ia kirimkan pada Jang Mi
“Terima kasih. Maaf. Berbahagialah”. Ia kelihatan pusing.
CARA PUTUS SECARA MANUSIAWI
3.
KIRIM PESAN TEKS
Ki Tae masuk ke restoran Hoon Dong. Se Ah yang duduk tepat
dibelakang Hoon Dong mengangkat tangannya pada Ki Tae. Ki Tae “Tunggu
sebentar”. Ki Tae pun duduk di meja yang di tempati oleh Hoon Dong. Ki Tae
“Hei, ayo kita bicara”. Hoon Dong “Aku sudah dengar dari ibuku. Kau ke rumahku,
ya?”. Ki Tae “Temui Jang Mi”. Hoon Dong kaget “Kenapa?”. Se Ah berbalik saat
mendengar nama wanita ( Jang Mi) dan juga mendengarkan percakapan Ki Tae dan
Hoon Dong. Ki Tae “Kau harus ucapkan 'pisah' padanya secara langsung”. Hoon
Dong “Kenapa kau terlihat serius sekali? Tidak usah khawatir, kau tidak akan
terganggu lagi. Dia tidak akan pernah muncul lagi. Kali ini, aku sudah berakhir
dengannya untuk selamanya”
Jang Mi masuk dengan tak sengaja membunyikan suara pintu
karena tingkat kesadaran dan keseimbangannya mulai hidang (Mabuk HAAHAHA). Hoon
Dong kaget karena suara pintu itu, ia berbalik dan melihat ke arah pintu masuk
dan menjadi lebih kaget lagi. Yeo Reum yang akan mengantarkan pesanan bir pada
pelanggan pun menyapa Jang Mi. Yeo Reum “Kau ke sini mau menemuiku, ya? Kau
tidak ke sini mencari Manager lagi kan?”. Tatapan Jang Mi hanya tertuju pada
Hoon Dong yang sedang duduk, ia mengambil bir yang dibawa oleh Yeo Reum dan
menghabiskan bir itu dengan sekali teguk (Lagi dan lagi). Yeo Reum “Oh, kau
tidak bisa…”. Hoon Dong menganga melihat Jang Mi yang seperti itu
Jang Mi mendekat ke arah Hoon Dong dengan memegang botol bir
tadi. Yeo Reum tersenyum melihat tingkah Jang Mi “Ini semakin menarik”. Hoon Dong mulai ketakutan melihat Jang Mi
yang mendekat padanya, ia mencoba menghindar tetapi Jang Mi terus mengikutinya
dengan memegang botol bir. Jang Mi berbicara dengan manja “Akhirnya, aku bisa
melihatmu. Kenapa kau tidak meneleponku?”. Hoon Dong “Jang Mi, kau tidak baca
pesanku?”. Jang Mi “Pesan?”. Jang Mi melompat-lompat kegirangan bersama dengan
Hoon Dong. Jang Mi mengambil ponselnya dan membaca pesan dari Hoon Dong “Terima
kasih. Maaf. Berbahagialah ! Kau berterima kasih atas semua yang telah kita
lewati bersama selama ini. Kau minta maaf karena menjadi seorang pecundang,
tapi mari kita akhiri ini sekarang. Dan yang terakhir, kau tidak ingin aku
kembali. Benarkan itu maksud pesanmu? Aku memang bodoh, tapi, aku sangat tahu
maksudmu itu”.
Hoon Dong mulai ketakutan lagi, ia mencoba meminta tolong
tetapi tidak ada yang menolongnya. Jang Mi mulai mengarahkan botol bir itu
dibadan Hoon Dong “Kau mau membodohiku, dengan pesan itu? Kau pikir aku tidak
tahu?”. Hoon Dong “Ok, lepaskan dulu botol ini. Lepaskan sebentar”. Jang Mi
menurunkan lagi botol itu, ia pun meluapkan semua perasaan yang ia rasakan “Aku
tulus mencintaimu, aku sangat terluka sekarang, padahal aku telah memimpikan
masa depan bersamamu! Bagaimana bisa kau mengakhiri ini semua hanya dengan 1
pesan?”. Jang Mi mengangkat botol itu dan mau mengarahkan botol itu pada Hoon
Dong, Ki Tae yang sigap langsung menahan
tangan Jang Mi. Hoon Dong histeris karena takut dipukuli oleh Jang Mi, ia sadar
kalau Jang Mi telah ditahan oleh Ki Tae dan berlari menuju ruangan bawah
(Tempat toilet). Di depan pintu toilet, Hoon Dong yang sangat ketakutan
akhirnya menghubungi polisi dan melaporkan Jang Mi sebagai seorang Stalker yang
sudah menyerangnya (Penguntit)
Tangan Jang Mi masih ditahan oleh Ki Tae. Jang Mi “Kau
lagi”. Ki Tae “Aku sedang membantumu. Kau harusnya bersyukur”. Jang Mi “Apa?
Kenapa? Kau takut aku akan jadi lebih menyedihkan lagi? Tapi, aku harus
bagaimana lagi? Aku tidak bisa mengakhiri ini dengan tenang secara manusiawi
seperti kalian. Aku perlu bicara dengannya walau aku akan terlihat menyedihkan!
Aku hanya perlu kejelasan sekarang!”. Jang Mi menangis dihadapan Ki Tae. Ki Tae
pun luluh dan melepaskan tangannya “Kalau begitu lakukanlah”
Hoon Dong mau kembali ke atas untuk melihat keadaan di
restorannya, ia kaget saat Jang Mi muncul dan ia segera berlari masuk ke dalam
toilet. Jang Mi mengetuk pintu toilet “Hei Lee Hoon Dong. Keluar kau! Jika kau
tidak menginginkan aku lagi, katakan langsung padaku! Baru aku akan pergi,
brengsek!”. Ki Tae datang dan mau menenangkan Jang Mi, ia memegang Jang Mi
untuk membawa Jang Mi pergi dari tempat itu tetapi Jang Mi yang terlanjur
terbawa emosi, menolak pergi dan tidak sengaja memukul wajah Ki Tae dengan
botol. Se Ah berserta beberapa pekerja Hoon Dong termasuk Yeo Reum juga turun
ke tempat itu, mereka kaget karena melihat Ki Tae dan langsung menanyakan
keadaan Ki Tae yang mimisan. Se Ah memberikan sapu tangannya pada Ki Tae
sedangkan Jang Mi yang tidak tahu kalau ia telah melukai Ki Tae masih berusaha
untuk membuat Hoon Dong keluar dari toilet. Jang Mi “Hei! Memangnya sulit
mengucapkan selamat tinggal di depan wajahku langsung? Aku akan coba mengerti
kalau aku melihat wajahmu langsung. Kenapa dan bagaimana semua ini menjadi
seperti ini. Aku pikir aku akan bisa mengerti, kalau aku melihat matamu. Kita
berdua saling jatuh cinta. Tapi, kau ingin berpisah dengan cara seperti ini?”
Hoon Dong yang masih berada didalam toilet dan ketakutan
menghubungi Polisi lagi “Polisi, aku sangat ketakutan sampai mau mati.
Cepatlah!”. Jang Mi menarik pintu toilet dan karena Hoon Dong hanya menahan
dengan satu tangannya, pintu itu pun terbuka. Semua orang yang ada ditempat itu
kaget dan Hoon Dong tidak bisa melarikan diri lagi. Jang Mi yang berhasil
menatap mata Hoon Dong, menjatuhkan botol yang ia pegang “Ya. Sekarang aku
mengerti karena aku sudah melihat wajahmu. Cuma aku yang jatuh cinta. Semuanya
hanya aku yang rasakan”. Jang Mi menitikan air matanya, ia sadar bahwa di mata
Hoon Dong tidak ada cinta untuknya, yang sekarang ia lihat hanya ketakutan.
Ki Tae dan Jang Mi sudah berada di kantor Polisi. Pak polisi
yang menangani kasus Jang Mi membangunkan Jang Mi yang tertidur “Nona,
bangunlah. Kenapa kau melakukan itu?”. Jang Mi “Aku hanya merindukan dia! Aku
mencintainya. Aku ingin melihat dia! Dan menyentuhnya! Itulah yang dilakukan
pasangan! Cinta sejati!”. Salah satu ahjussi yang juga sedang mabuk berbicara
“Benar. Kau tahu kenapa banyak orang mengalami depresi? Karena mereka
kekurangan sentuhan manusia lain!”. Pak Polisi “Dia bilang tidak begitu. Jika
kau terus begini, ini termasuk kejahatan”. Jang Mi “Aku tidak tahu dia tidak
menginginkanku. Aku pikir aku bisa mengubah dirinya. Aku mau berusaha
mengubahnya. Lalu selanjutnya aku ingin berakhir dengannya dengan cara baik
baik”. Ahjussi yang mabuk menambahkan “Ya! Orang Korea punya sifat kemauan yang
kuat!”. Pak Polisi “Ahjussi tenanglah”. Jang Mi “Kenapa dia di sini?”. Pak
Polisi “Dia menganiaya rekan wanitanya saat makan malam kantor. Karena wanita
itu terus menolaknya, saat dia menawarkan alcohol”. Ahjussi mabuk berbicara
lagi “Aku suka rekan kerjaku itu! Aku rasa dia sangat imut! Memangnya salah
menepuk punggungnya? Jangan kecewa. Tapi, mereka menyebutnya itu sebagai penyerangan
dan penguntitan, padahal aku tidak bersalah. Mereka semua seperti itu!”. Jang
Mi “Oh, begitu. Aku menguntit dia. Aku adalah penguntit!”. Jang Mi menangis dan
histeris sendiri. Ki Tae hanya melihatnya dari belakang. Jang Mi teringat
sesuatu “Karena aku di sini, bisakah kau
cari orang yang hilang?”. Pak Polisi “Apa?”. Jang Mi “Wanita ini mengundangku
ke rumahnya, tapi ternyata dia bukan Ibunya. Dia mengundangku kerumahnya, tapi
ternyata dia tidak mengundangku. Lalu, siapa wanita yang mengundangku itu?
Kenapa wanita berpenambilan baik itu melakukan ini? Kau tahu?”. Pak Polisi “Apa
yang kau bicarakan? Hei, kau tahu apa yang dia katakan?”. Ki Tae “Tidak”. Jang
Mi “Ini sangat aneh. Siapa dia? Aku harus bertemu dengannya”
Ki Tae sedang mandi dirumahnya, ia mengingat Jang Mi yang
mengatakan bahwa dia tulus mencintai Hoon Dong, ia juga mengingat Jang Mi saat
Jang Mi sadar bahwa Hoon Dong tidak mencintai dia. Ki Tae berbicara sendiri
“Bodoh. Aku sudah memberitahukannya. Kenpa ia kesana (Restoran Hoon Dong)?”. Ki
Tae mengingat lagi, saat ia bersama dengan Jang Mi dikantor Polisi.
FLASHBACK…..
Jang Mi sedang tidur karena efek mabuknya. Ki Tae bertanya
pada Pak Polisi yang menangani kasus Jang Mi “Ini kejahatan pertamanya. Apa dia
akan dihukum?”. Pak Polisi “Dia akan memiliki persidangan langsung”. Ki Tae
“Bagaimana kalau bayar denda saja, tidak usah ke pengadilan?”. Pak Polisi
“Kenapa? Bukankah dia yang menyerangmu?”. Ki Tae “Oh, ini?”. Ki Tae tisu yang
dipasang untuk menghentikan mimisannya “Tidak, aku yang memukul diriku
sendiri”. Pak Polisi “Tapi, Ibu korban ingin dia di hukum berat”
Ki Tae berpikir tentang persidangan Jang Mi “Apa sidangnya hari
ini?”. Ki Tae mendengar suara dari ruang tamunya, ia mengeraskan suara musik di
kamar mandinya tetapi suara berisik itu juga makin besar.
Ki Tae keluar dan mendapati agen real estate sedang
menunjukkan rumahnya pada dua wanita kembar. Agen Real Estate “Oh anda ada
disini, aku tidak tahu”. Ki Tae “Apa yang kalian lakukan di rumahku?”. Agen
Real Estate “Kami datang untuk melihat rumah. Kau kan mendaftar ke agen kami
kalau rumah ini mau di sewa”. Ki Tae “Sewa? Kau pasti salah ”. Agen itu “Kau
bilang kau butuh penyewa baru secepat mungkin. Kau bilang aku bisa datang kapan
saja karena ini sangat mendesak”. Agen itu pun menyuruh dua wanita kembar itu
untuk melihat keadaan rumah Ki Tae. Ki Tae “Sekarang giliran pemilik rumah ini
yang memberikanku masalah”.
Dua wanita kembar itu sangat menyukai rumah Ki Tae, mereka
berdua memuji keindahan dan kebersihan rumah Ki Tae. Ki Tae “Aku yang
merenovasinya sendiri. Permisi. Ini pasti ada salah paham. Aku tidak mengdaftar
rumah ini ke agenmu untuk disewa. Jadi, bisa kalian pergi sekarang?”. Agen itu
“Kami akan melihat lihat rumah ini dengan cepat”. Ki Tae stress karena rumahnya
penuh dengan orang-orang yang menjengkelkan “Bisakah kalian pergi sekarang?
Pergilah sekarang!”
Ki Tae berbicara dengan ibunya “Aku mau menyewa rumah itu”.
Ibu Ki Tae “Kau ingin menyelesaikan segalanya dengan uang”. Ki Tae “Ibu yang
pertama menyelesaikan masalahmu lewat agen real estate”. Ibu Ki Tae “Aku tidak
tahu itu akan sangat efektif. Sampai kau ingin bertemu denganku. Sudah
bertahun-tahun , aku tidak duduk denganmu seperti ini. Sangat menyenangkan.
Mari kita lakukan ini setiap hari kalau kau sudah pindah ke rumah kita”. Ki Tae
“Aku tidak akan pernah menyerahkan rumah itu”. Ibu Ki Tae “Kau ingin rumah atas
namaku tapi tidak ingin tinggal bersamaku. Kau tak tahu malu”. Ki Tae “Aku akan
menandatangani kontrak dan memberimu depositnya. Atau kau ingin menjualnya
padaku?”. Ibu Ki Tae “Aku tidak tahu kenapa kau sangat suka rumah itu. Tidak
banyak kenangan indah di sana. Hidup sendirian itu terlihat menyedihkan bagi
orang lain”. Ki Tae “Kau yang terus hidup dengan khawatir pada orang lain”. Ibu
Ki Tae “Bawa wanita yang aku undang”. Ki Tae “Siapa yang kau undang?”. Ki Tae
mengingat bahwa Jang Mi pernah mengatakan bahwa ada wanita yang mengundangnya
ke rumahnya. Ki Tae “Jadi, kau mengundangnya?”. Ibu Ki Tae “Mereka akan
menandatangani. Bawa gadis itu atau kau pindah dari rumah itu”. Ki Tae berpikir
dan memutuskan untuk pergi ke persidangan Jang Mi (Sekalian bawa Jang Mi nyaa)
Jaksa memberikan berbagai jumlah denda untuk setiap kasus. Setelah
melewati beberapa persidangan untuk tersangka yang lain, kasus Jang Mi pun
disidangkan. Hakim memanggil Jang Mi
untuk maju “Kasus No. 3592. Terdakwa Joo Jang Mi, silakan bersaksi”. Jang Mi
maju dengan sangat percaya diri. Hakim “Anda melakukan penyiksaan secara
terus-menerus, anda mengakuinya?”. Jang Mi Tertawa dan tidak menjawab
pertanyaan Hakim. Hakim “Tergugat?”.
Di pintu masuk kejaksaan Ki Tae yang sedang buru-buru
ditahan oleh petugas keamanan karena tidak melewati proses pemeriksaan dan
tidak melepaskan barang elektronik yang ia bawa . Ki Tae melepaskan jam dan
memberikan ponselnya. Hakim kembali menanyakan jawaban Jang Mi “Anda mengakui
anda bersalah karena menguntit?”. Jang Mi “Aku ini penyihir gila. Aku ini sudah
gila”. Ki Tae meminta ijin pada petugas keamaan “Maaf, aku sedang buru-buru”.
Petugas keamaan “Kau mau kemana?”. Ki Tae “Aku harus pergi bersaksi”. Petugas
keamaan “Memangnya apa hubungan kalian?”. Jang Mi melanjutkan pembelaannya
“Inilah yang kukatakan pada si brengsek itu….”. Ki Tae menjawab “Dia
tunanganku”. Disaat yang bersaman Jang
Mi melanjutkan kata-katanya “Mari kita menikah !”
Ki Tae berhasil masuk ke ruang sidang. Jang Mi terlihat
kaget melihat Ki Tae yang datang di sidangnya “Kenapa si brengsek itu ke sini?”.
Seorang tersangka lain berbicara “Dia brengsek yang kau maksud?”. Ki Tae maju
ke dekat Jang Mi “Bisa aku bersaksi?”. Jang Mi “Aku keberatan, Yang Mulia”.
Hakim “Siapa kau?”. Ki Tae menjelaskan “Aku berteman dengan si pengugat. Aku
tahu ceritanya sebenarnya”. Jang Mi “Ya, dia berteman dengan pria itu”. Ki Tae
“Ya, dia memang menguntit pria itu. Tapi korban seharusnya menolak dengan
tegas, dakwaan kalau dia melakukan kejahatan penguntit. Pria itu tidak akan
pernah mengatakan tidak. Si pria hanya menghindarinya saja. Mereka berkencan
dan si pria menghilang begitu saja. Bukankah wajar kalau dia mencarinya? Dia
terus bersembunyi dan mengirim 1 pesan kalau hubungan mereka berakhir. Itu juga
tidak jelas. Tunjukkan pada buktinya”. Jang Mi “Huh?”. Ki Tae “Serahkan pesan
itu pada Yang Mulia”. Jang Mi mencari ponselnya untuk menunjukkan pesan itu.
Hakim “Tidak perlu. Baik. Aku mengerti situasi ini ku menganggap kalau korban
tidak bersalah. Tapi, karena kau mabuk, dan membuat keributan di tempat
usahanya. Kau bersalah karena masalah itu. Aku akan memberikan denda sebesar
50.000 Won”. Jang Mi melihat Ki Tae dan Ki Tae pun tersenyum (Ada maunya tuh)
Jang Mi melihat uang 50.000 Won yang ia pegang. Di dalam
hatinya ia berbicara “Harga yang aku harus bayar, untuk cintaku lebih besar
daripada menyeberang sembarangan tapi lebih kecil dari memeras”
Jang Mi berjalan pulang sambil berbicara dalam hatinya
“Cintaku seperti buang air kecil di jalan, semuanya berakhir di situ. Bisakah
aku mencintai lagi?”. Ki Tae mucul dan menghadang Jang Mi. Jang Mi “Ada apa
denganmu?”. Ki Tae “Ayo kita pergi ke rumahku!”. Jang Mi “Apa?”. Ki Tae
“Bertemulah dengan Ibuku. Dia menunggumu”. Jang Mi “Apa ini? Kenapa harus
aku?”. Ki Tae “Wanita yang mengundangmu sebenarnya Ibuku”. Jang Mi “Apa?”. Ki
Tae tersenyum meihat Jang Mi
makasih loh sinopsisnya seru banget ^^ ditunggu episode 2 nya yaa
BalasHapusMakasih mbak sinopsisnya... lanjut terus ya
BalasHapusLanjut sinopsisnya :)
BalasHapusbaru baca ep 1, makasih yaaaakkk ....
BalasHapusbaru baca sinopsisnya sekarang, telat banget wkwk
BalasHapusMending bikin aplikasi yg isinya kaya gini minnn. Pasti banyak yg download
BalasHapus