D-DAY
Ibu Jang Mi masuk ke kamar puterinya dan membangunkan Jang
Mi yang masih tertidur pulas. Ibu Jang Mi “Jang Mi bangun! Bangun!”. Jang Mi
“Aku tidak mau”. Karena Jang Mi masih mengantuk Ibu Jang Mi berinisiatif untuk
mencarikan baju untuk Jang Mi. Ibu Jang Mi memeriksa semua baju Jang Mi tetapi
menurutnya tidak ada yang cocok dan bagus untuk Jang Mi. Jang Mi “Aku sudah
memilih bajuku tadi malam”. Ibu Jang Mi “Benarkah? Coba aku lihat”. Jang Mi
bangun dan membuka selimutnya “Aku sedang memakainya sekarang”. Ibu Jang Mi
lemas melihat Jang Mi yang hanya memakai pakaian rumah dan celemek.
Jang Mi keluar dari rumahnya dengan sangat percaya diri. Ibu
Jang Mi “Hei ! Hei ! Jang Mi! Jang Mi!
Kau kesana dengan penampilan seperti kau baru bangun tidur?”. Jang Mi “Aku akan
buat pancake seharian nanti. Kenyamanan adalah yang terbaik”. Ibu Jang Mi “Tapi
tetap saja kau akan bertemu keluarga besan”. Jang Mi “Aku ingin penampilan
dengan konsep rajin”. Ibu Jang Mi “Yang penting, berjuanglah! Fighting anakku”.
Ayah Jang Mi “Ada apa denganmu?”. Ibu Jang Mi tidak mau menjawab pertanyaan
suaminya dan masuk kembali ke rumahnya
Jang Mi sampai di rumah orang tua Ki Tae. Ibu Ki Tae bingung melihat penampilan Jang
Mi. Jang Mi tersenyum dan memberikan salamnya “Apa kabar? Di sini sepi sekali.
Belum ada yang datang ya?”. Ibu Ki Tae “Para tamu datang malam nanti”. Jang Mi
“Dimana nenek Ki Tae dan bibi?”. Ibu Ki Tae “Sedang pijat”.
Jang Mi kaget saat masuk ke dalam dapur dan meihat banyaknya pekerjaan yang harus Ibu
Ki Tae lakukan “Semua ini sendirian saja?”. Ibu Ki Tae “Aku senang kau datang
di sini. Tapi di mana kastanya nya?”. Jang Mi “Oh! Ki Tae yang akan membawanya”. Ibu Ki Tae “Ki
Tae?”. Jang Mi “Kami mengupasnya bersama”. Ibu Ki Tae “Kau membuat dokter
mengupas kastanya?”. Jang Mi “Aku pulang larut malam”. Ibu Ki Tae “Dia selalu
mengoperasi orang. Bagaimana jika dia melukai tangannya?”. Jang Mi “Aku tidak
berpikir sampai sejauh itu. Tapi dia sangat hebat mengupasnya! Aku penasaran
dari mana dia belajar!”. Ibu Ki Tae “Ini semua salahku. Seharusnya aku tidak
meminta bantuanmu”. Jang Mi merasa tidak enak “Bukan seperti itu”. Ibu Ki Tae
memakai sarung tangan plastik “Aku selalu melakukan semuanya sendirian. Lebih
mudah seperti sendirian. Kau beristirahat saja”. Jang Mi mengambil sarung
tangan yang dipakai oleh Ibu Ki Tae “Tidak! Biar ku bantu. Aku akan
melakukannya”
Kita beralih ke Nenek dan Bibi Ki Tae…^^
Bibi dan Nenek Ki Tae sedang menikmati pijat dan maskeran.
Bibi Ki Tae “Ibu, kau pikir dia akan datang?”. Nenek Ki Tae “Tentu”. Bibi Ki
Tae “Dia akan membuat kerusakan yang parah”. Nenek Ki Tae “Itulah yang
diinginkan Bong Hyang”. Bibi Ki Tae “Ibu, ayo kita pulang. Kita bisa kelewatan
semua kesenangan nanti”. Nenek Ki Tae “Itu sama sekali tidak menyenangkan. Dia membuat
pancake yang sangat enak”. Bibi Ki Tae “Baiklah”
Di bawah terik matahari yang panas, Jang Mi sudah berada di
halaman rumah Ki Tae dan menggoreng berbagai macam pancake
Jang Mi kelihatan
kelelahan tetapi ia terus berusaha untuk menyelesaikan tugasnya, didalam
hatinya ia bertanya “Kenapa aku bekerja keras sekali begini?”. Jang Mi
mengambil ponselnya dan menghubungi Ki Tae.
Ki Tae yang baru masuk di restoran Hoon Dong menjawab
telepon dari Jang Mi “Halo?”. Jang Mi “Kau dimana?”. Yeo Reum menanyakan
pesanan Ki Tae dan Ki Tae menjawab bahwa ia akan memesan jus anggur hijau. Jang
Mi kesal “Apa? Aku mati-matian membantu keluargamu. Kau malah menikmati minuman
di restoran? Menyegarkan?”. Ki Tae “Bakar saja semua itu atau hancurkan sampai
jadi bubur”. Jang Mi “Aku tidak bisa bermain dengan makanan. Kenapa kau belum
datang?”. Ki Tae “Kerjaanku belum selesai”. Jang Mi “Aku malah ambil cuti hari
ini. Hidup pernikahan memang tidak adil, ya?”. Ki Tae “Siapa yang peduli? Kita
tidak akan benar-benar menikah”. Jang Mi “Aku tidak akan sejauh ini, Jika itu
sungguhan!”. Ki Tae “Sabarlah atau apapun...”. Jang Mi merengek “Cepat ke sini.
Jangan lupa kastanya nya”. Ki Tae “Baiklah”.
Yeo Reum memberikan pesanan Ki Tae “Ini”. Ki Tae “Terima
kasih”. Saat Ki Tae berbalik Hoon Dong tiba-tiba muncul dan memperingatkan Ki
Tae untuk tidak menyakiti Jang Mi. Ki Tae dengan santai menjawab “Aku
mengerti”. Hoon Dong “Kau tidak merasa bersalah ya? Aku duluan yang bersamanya.
Jika kau memang temanku, jangan dekati dia!”. Ki Tae “Maaf, tapi Ibuku
mencintainya. Dia malah sedang memasak untuk ritual keluarga sekarang”. Yeo
Reum melihat ke arah Ki Tae saat mendengar Jang Mi yang memasak di keluarga Ki
Tae. Hoon Dong “Tidak mungkin. Kau kan ingin tetap melajang. Kau sungguh akan
menikahinya?”. Ki Tae tidak menjawab pertanyaan Hoon Dong, ia tersenyum pada
Hoon Dong lalu keluar dari restoran.
Jang Mi mengangkat pancake terakhir yang ia goreng, ia
sangat senang karena akhirnya tugas yang ia kerjakan dari tadi selesai juga.
Jang Mi pun merenggangkan badannya dengan berbagai jurus (HAHAHAH). Saat ia masih
dalam posisi yang aneh, Nenek dan Bibi-Bibi Ki Tae masuk.
Jang Mi kaget saat melihat Nenek dan Bibi-bibi Ki Tae masuk,
ia kembali ke posisi berdiri dan memberi salam kepada mereka. Bibi A “Apa dia
pembantumu?”. Bibi Ki Tae “Hei, dia pacarnya Ki Tae”. Bibi-bibi Ki Tae tidak
percaya mendengar Jang Mi adalah pacar Ki Tae. Nenek Ki Tae “Ayo kita ngobrol
di dalam saja”. Nenek Ki Tae memegag tangan Jang Mi “Melelahkan, ya?”. Jang Mi
“Tapi, aku senang. Bibi-bibi yang lain sudah ada disini”
Bibi-bibi dan Nenek Ki Tae sudah duduk diruang tamu, mereka
sedang menikmati pancake buatan Jang Mi dan tertawa serta bercerita sedangkan
Jang Mi dan Ibu Ki Tae masih bekerja didapur.
Jang Mi kesal karena tidak ada satupun yang membantunya dan Ibu Ki Tae. Jang Mi yang
sedang mencuci piring mengeluh “Ini tidak adil. Mereka hanya memakan
pancake”.Terdengar suara permintaan dari ruang tamu “Unni, anggur berasnya!”.
Ibu Ki Tae “Mereka bukan memakan pancake saja”.
Ibu Ki Tae membuka kulkas dan membawakan anggur beras untuk
Bibi-bibi Ki Tae. Terdengar lagi permintaan dari Bibi Ki Tae “Semuanya sudah
dingin. Panaskan saja! Tidak ada pancake tiram ya? Udang goreng! Kapan makan
malamnya? Aku kelaparan!”. Jang Mi berbicara sendiri “Adegan terburuk akan
terjadi sebentar lagi. Kapan aku melakukannya ya?”
Ponsel Jang Mi berbunyi, Jang Mi menjawab sambil
berbisik-bisik “Halo”. Yeo Reum “Aku sudah temukan tempat yang sangat
terpencil”. Jang Mi “Maaf, aku akan telpon nanti”. Yeo Reum “Ayo ke sana. Kau
pasti tidak bisa di lain hari”. Jang Mi “Aku agak sibuk sekarang”. Yeo Reum
“Kau dimana?”. Jang Mi “De... Department store”. Bibi Ki Tae tiba-tiba ke dapur
dan memanggil Jang Mi “Jang Mi! Bawakan kami buah!”. Jang Mi “Ya, Bibi! Maksudku
pelanggan”. Bibi Ki Tae bingung “Pelanggan? Kenapa dia memanggilku begitu? Dia
telponan sama siapa?”. Bibi Ki Tae yang penasaran, diam-diam mencoba menguping
pembicaraan. Jang Mi “Aku tidak bisa keluar sampai tengah malam nanti”. Yeo
Reum “Tidak apa. Aku akan menunggumu. Datanglah ke restoran”. Jang Mi
“Restoran?”
Ki Tae yang baru sampai mendapati Bibinya yang sedang
menguping pembicaraan Jang Mi. Ki Tae berteriak memanggil Jang Mi “Joo Jang
Mi!”. Jang Mi kaget dan tidak sengaja menjatuhkan ponselnya kedalam washtafel
dapur . Bibi Ki Tae juga kaget. Ki Tae berpura-pura tidak melihat Bibinya yang
menguping “Bibi kau juga disini?”. Bibi Ki Tae “Hei, Ki Tae, kau pulang cepat.
Sampai jumpa nanti”.
Jang Mi mengambil ponselnya yang sudah mati dari washtafel
“Ponselku”. Ki Tae mendekat dan berbisik pada Jang Mi “Berhati-hatilah. Ada
banyak orang yang mengawasimu”. Jang Mi “Ponselku mati”. Ki Tae “Kau selalu
saja memakai ponsel bodoh itu”. Jang Mi “Kau juga selalu memanfaatkan orang!
Tapi, ini berharga bagiku”. Ki Tae “Kau berisik sekali”. Jang Mi “Kau bawa
kastanya?”. Ki Tae memberika kastanya yang ia bawa “Kau, istirahat saja. Kenapa
bekerja? Apa yang kau lakukan disini?”. Jang Mi “Aku juga tidak tahu”.
Acara penghormatan pun di mulai, Ki Tae dan Ayahnya
melakukan penghormatan untuk mendiang Kakek Ki Tae. Ibu dan Bibi-bibi Ki Tae
juga berdiri untuk penghormatan sedangkan Jang Mi yang kelelahan berjongkok
dibelakang Bibi-bibi Ki Tae. Jang Mi pun berdiri dan melihat Ayah Ki Tae, ia
mengingat lagi Ayah Ki Tae yang selingkuh dan merasa marah pada Ayah Ki Tae
Keluarga Ki Tae dan Jang Mi sudah duduk bersama untuk makan
malam. Jang Mi kelihatan tidak berselera untuk makan dan Ki Tae pun berbisik
“Wajah jelek”. Jang Mi kesal dan meletakan sendoknya. Ayah Ki Tae “Makanlah.
Aku dengar kau yang memasak semua pancake”. Jang Mi “Ya seperti itulah”. Ki Tae
“Dia sedang tidak enak badan. Tuangkan dia minuman alkohol, ayah”. Bibi-bibi Ki
Tae kaget “Minuman?”
Ayah Ki Tae menuangkan minuman untuk Jang Mi dan Ki Tae
memberi kode untuk meminum itu. Jang Mi pun meminum alcohol yang diberikan Ayah
Ki Tae dan meminta Ayah Ki Tae untuk menuangkannya lagi “Satu gelas lagi”.
Bibi-Bibi Ki Tae mengalihkan pandangan mereka pada Jang Mi. Ki Tae tersenyum
melihat Jang Mi. Ayah Ki Tae pun menuangkan Jang Mi minuman untuk kedua
kalinya. Jang Mi meneguk minuman itu dengan sekali teguk dan kembali meminta
Ayah Ki Tae untuk menuangkannya minuman “Tolong satu kali lagi”. Nenek, Ibu dan
Bibi-Bibi Ki Tae kaget melihat kelakuan Jang Mi
Ayah Ki Tae tertawa dan menuangkan minuman untuk Jang Mi
“Kau pasti merasa sangat stress”. Jang Mi minum dengan sekali teguk dan
mengeluarkan semua unek-uneknya “Ya. Aku stres sekali. Apa kalian tidak merasa
bersalah? Anak manja berhargamu ini, malah muncul terlambat”. Ki Tae
berpura-pura membela diri “Aku mengupas kastanya semalaman”. Bibi Ki Tae
“Kenapa kau melakukan itu?”. Jang Mi beralih ke Bibi Ki Tae “Bibi pergi untuk
pijat relaksasi kan? Padahal ada orang lain yang pantas mendapatkannya”. Bibi
Ki Tae “Ini agar mensucikan kami untuk ritual”
Jang Mi beralih ke Bibi-Bibi Ki Tae yang lainnya “Bibi-bibi
yang datang kerjanya cuma ngobrol!”. Salah satu Bibi Ki Tae membela diri
“Oh! Sudah lama, kami tidak bertemu
makanya kami ngobrol”. Jang Mi “Kami memang tidak ada hubungannya dengan Kakek
Ki Tae, tapi Ibu dan aku sangat bekerja keras”. Nenek Ki Tae ingin berbicara
tetapi Jang Mi memotong “Nenek juga pura-pura tidak tahu. Aku pikir kau baik.
Aku sangat kecewa”. Ayah Ki Tae “Kami mengerti apa yang kau maksud”. Jang Mi
menaikkan nada suaranya “Ayah kau yang terburuk ! Istrimu mengorbankan dirinya
untuk semua orang! Tapi, apa yang kau lakukan?”. Ayah Ki Tae “Oh aku menulis”.
Jang Mi “Aku tidak peduli kau menulis apa. Setelah kau mencampakkan keluargamu,
kini istrimu. Apa yang kau lakukan di luar?”. Ayah Ki Tae “Aku tidak mengerti”.
Jang Mi “Aku juga pernah di posisi itu. Saat orang tua tidak akur hati anak
anak sangat terluka”. Salah satu Bibi Ki Tae “Apa lagi ini?”. Jang Mi
melanjutkan “Aku melihat semuanya”. Ibu Ki Tae yang dari tadi diam akhirnya
angkat bicara “Hentikan. Bicaralah padaku”
Jang Mi pergi dari meja makan untuk berbicara dengan Ibu Ki
Tae. Bibi A“Apa kalian punya masalah?”. Ayah Ki Tae “Tidak. Tidak sama sekali”.
Bibi A Tae “Ki Tae kau tahu sesuatu?”. Ki Tae “Ini tentang orang tua Jang Mi.
Mereka tidak akur”. Setelah menjawab pertanyaan salah satu Bibinya, Ki Tae juga
pergi dari meja makan untuk melihat Jang Mi
Ibu Ki Tae memberitahu Jang Mi bahwa Jang Mi sudah
keterlaluan. Jang Mi “Aku sungguh merasa kasihan padamu. Aku ingin membantumu”.
Ibu Ki Tae “Memangnya, aku terlihat menyedihkan?”. Jang Mi “Kau tidak tahu”.
Ibu Ki Tae “Aku bukan orang bodoh. Aku tahu semua yang terjadi di keluarga
ini”. Jang Mi “Tidak. Kau tidak tahu. Kau bodoh jika membiarkannya saja”. Ibu
Ki Tae menampar Jang Mi “Tutup mulutmu. Jangan katakan apapun”. Jang Mi “Ibu, kau juga sudah tahu?”. Ki Tae
melihat dan mendengar pembicaraan Ibunya dengan Jang Mi. Ibu Ki Tae “Kau tidak
usah mengacau, mentang-mentang kau sudah
membantu sedikit. Kau pikir ini akan membuatmu jadi, bagian dari keluarga
kami?”. Ki Tae juga mengingat saat ia mengatakan hal yang sama pada Jang Mi.
Jang Mi merasa sakit hati diperlakukan seperti itu “Ya. Aku sangat salah paham.
Aku pikir aku bagian dari keluarga ini. Karena kau bekerja keras denganku
seperti keluarga. Orang sepertiku hanya punya kewajiban dan tidak ada hak.
Benarkan? Ya, mana mungkin aku bisa hidup seperti mu? Aku memang bisa membuat
pancake dan mencuci piring. Tapi, aku tidak bisa menyembunyikan kebenaran. Aku
tidak bisa menyembunyikan perasaan tulusku seperti mu!”. Jang Mi tidak tahan
lagi dan akhirnya pergi dari hadapan Ibu Ki Tae. Jang Mi berpapasan dengan Ki
Tae yang daritadi memperhatikan mereka tetapi ia memutuskan untuk tetap pergi
Bibi- Bibi Ki Tae yang masih berada di ruang tamu sedang
membicarakan Jang Mi”. Bibi A “Dia memberi kesan pertama yang buruk”. Jang Mi
berhenti di ruang tamu dan mendengar pembicaraan Bibi-Bibi Ki Tae. Bibi B “Dia
sepertinya orangnya labil. Ya, jika orang tua labil, maka anaknya akan seperti
itu juga. Memangnya orang tuanya kerja apa?”. Bibi Ki Tae “Menjual minuman
keras”. Bibi C “Omo! Itulah sebabnya dia banyak sekali minum tadi. Itu menjelaskan
semuanya. Mereka keluarga yang sangat berbeda”. Ki Tae juga berhenti di
belakang Jang Mi. Bibi A “Ki Tae pasti hanya akan menerima cinta dari
keluarganya saja nanti. Memangnya dia bisa bertahan, saat yang di lakukan
keluarga mertuanya bertengkar?”.
Jang Mi menangis mendengar semua perkataan Bibi- Bibi Ki
Tae. Jang Mi berbalik pada Ki Tae “Kau menceritakan orang tuaku?”. Ki Tae
mengangguk. Jang Mi “Jadi, bukan hanya aku. Kau juga melibatkan keluargaku
dalam masalah ini?”. Ki Tae “Itu…”. Jang Mi “Kau pasti memanfaatkan sakit
hatiku?”. Jang Mi yang dari tadi menahan amarahnya, akhirnya mengamuk dan
memukul Ki Tae
Bibi-Bibi Ki Tae berusaha untuk melepaskan Jang Mi dan Ki
Tae. Jang Mi mengambil ikan kering yang menjadi persembahan dan memukul Ki Tae dengan
ikan kering itu. Jang Mi “Aku sudah bekerja sangat keras untukmu!”. Bibi-Bibi
Ki Tae masih berusaha untuk menghentikan Jang Mi tetapi tidak bisa. Jang Mi
yang marah bahkan mendorong Ki Tae sampai menghancurkan meja persembahan untuk
Kakek Ki Tae. Ibu Ki Tae muncul “Apa-apaan ini?”. Jang Mi berhenti mengamuk dan
melepaskan ikan kering yang ia pegang “Kau puas? Aku sudah melakukan tugasku.
Aku akan pergi sekarang. Permisi”
Jang Mi keluar dari rumah Ki Tae tetapi Ki Tae malah
mengejar Jang Mi “Tunggu sebentar”. Jang Mi tidak mendengarkan permintaan Ki
Tae dan tetap berjalan. Ki Tae memegang tangan Jang Mi “Tunggu sebentar”. Jang
Mi melepaskan tangan Ki Tae “Kita akan mengakhirinya dan aku sudah mengakhirnya
sekarang. Apa lagi yang kau inginkan?”. Ki Tae tidak bisa berbicara lagi. Jang
Mi pun berbalik pergi dan meninggalkan Ki Tae. Ki Tae “Joo Jang Mi”
Ki Tae masuk ke rumahnya dan mendengar Bibi-Bibinya yang
sedang memprotes Jang Mi sebagai menantu dikeluarga mereka. Ki Tae berteriak
“Tolong hentikan! Aku hanya akan menikah dengan Jang Mi. Jika kalian menolak,
aku akan tetap melajang. Jadi, terima saja!”. Ibu Ki Tae “Kau”. Ki Tae
merapikan kembali meja persembahan yang sudah berantakan. Bibi Ki Tae “Kau
tidak normal. Kau lebih baik ke UGD lagi saja”. Bibi A “Meja ritual ayah jadi
begini. Katakan sesuatu, Ibu!”. Nenek Ki Tae mengingat Jang Mi yang
mengatakannya sebagai orang yang pura-pura tidak tahu. Nenek Ki Tae tersenyum
“Ayahmu juga selalu memukul meja setiap kali dia marah.”. Nenek Ki Tae melihat
foto suaminya “Kau layak mendapatkannya, Sayang”
Diatas taksi Jang Mi memeriksa ponselnya yang sudah mati. Ia
mengingat Yeo Reum yang mengatakan akan menunggunya di restoran. Jang Mi pun
meminta supir taksi untuk memutar arah
Jang Mi sampai di restoran Hoon Dong yang sudah tertutup.
Jang Mi mengetuk pintu restoran tetapi tidak ada orang yang muncul dan ia pun
berjalan pergi. Yeo Reum keluar dari restoran dan memanggil Jang Mi “Joo Jang
Mi”. Yeo Reum menghampiri Jang Mi. Jang Mi “Kau menungguku ya? Kau kan tidak
bisa menghubungiku”. Yeo Reum “Kan sudah kubilang, aku akan menunggu”. Jang Mi
tersenyum
Bibi Ki Tae memberitahu Ibu Ki Tae tentang pembicaraan Jang
Mi yang ia dengar tadi. Ibu Ki Tae “Bertemu di restoran?”. Bibi Ki Tae “Itu
mencurigakan. Dia bicaranya berbisik dan terkejut. Ku pikir dia menyembunyikan
sesuatu”. Ibu Ki Tae memutuskan untuk menghubungi seseorang “Maaf telah
menelponmu selarut ini. Tapi, aku punya pertanyaan yang mendesak. Apa Hoon Dong
sering menemui seseorang belakangan
ini?”. Ibu Hoon Dong yang sedang menyetir menjawab “Ada satu penguntit”. Ibu Ki
Tae “Penguntit? Siapa namanya?”. Ibu Hoon Dong “Aku tidak ingat. Jail Mi Mi
atau Jip, pokoknya aneh”. Ibu Hoon Dong “Kau bertemu dengannya?”. Ibu Hoon Dong
“Ya, aku tidak pernah bisa melupakan si bodoh itu. Kenapa?”. Ibu Ki Tae “Kita
bicara besok ya. Bagaimana kalau siang?”. Ibu Hoon Dong “Baiklah. Aku akan
menunggumu di restoran Dong Hoon”
Yeo Reum dan Jang Mi sudah berada di dapur restoran Hoon
Dong. Jang Mi meminum white wine dan melihat Yeo Reum yang sedang memasak
untuknya. Yeo Reum mengambil wine yang diminum Jang Mi dan memasukkan kedalam
masakannya “Sebentar”. Jang Mi “Kau diperbolehkan memasak di sini? Bagaimana
jika Hoon Dong melihatmu?”. Yeo Reum mengmbalikan wine yang diminum oleh Jang
Mi “Tidak akan”. Jang Mi meneguk lagi wine itu (Jang Mi kuat bingitts minum
alcohol).
Yeo Reum memberikan spaghetti yang ia buat pada Jang Mi.
Jang Mi mencoba masakan Yeo Reum dan tersenyum. Yeo Reum “Kau kesulitan ya di
rumah Ki Tae Hyung?”. Jang Mi “Bagaimana kau tahu?”. Yeo Reum “Kau sangat ingin
menikah ya?”. Jang Mi meneguk wine lagi “Aku tidak ingin menikah dengannya”.
Yeo Reum “Lalu, apa?”. Jang Mi “Aku ingin membuat adegan yang buruk di sana.
Tapi, malah jadi kenyataan yang tulus dari hatiku”. Yeo Reum “Tulus?”. Jang Mi
“Tetapi ketulusanku sangat buruk. Adegan paling buruk”. Yeo Reum “ Kau benar
benar punya perasaan pada Ki Tae Hyung?”. Jang Mi menggeleng “Tidak. Tidak ada
hal seperti itu diantara kami”. Yeo Reum “Benarkah?”. Jang Mi Sebenarnya… Aku
sebenarnya.. Benar-benar... benar-benar... Benar-benar... benar-benar...
Khawatir padanya”. Jang Mi yang sudah mabuk tiba-tiba tertidur didepan Yeo
Reum. Yeo Reum mencoba membangunkan Jang Mi tetapi Jang Mi tidak merespon. Yeo
Reum pun merapikan rambut Jang Mi yang menutupi wajah Jang Mi “Tapi aku
khawatir padamu”
Ki Tae tidak bisa tidur karena mengingat Jang Mi yang
ditampar oleh Ibunya
Keesokan paginya…
Ibu Ki Tae keluar dari rumahnya dan masuk ke dalam taksi
“Ayo berangkat”
Ki Tae sedang menuju RSnya dan berbicara dengan Bibinya
lewat telepon “Dia bertemu dengan Ibu Hoon Dong? Di mana, kapan?”. Bibi Ki Tae
“Sekarang di restoran Hoon Dong. Hei! Biayanya double untuk info ini”.
Di restoran Hoon Dong yang masih belum terbuka, Jang Mi dan
Yeo Reum masih terlelap dalam tidur mereka.
Ibu Ki Tae mengubungi Ibu Hoon Dong dan memberitahu bahwa ia
sudah dalam perjalanan menuju restoran Hoon Dong. Ibu Hoon Dong “Ya aku juga
akan berangkat kesana”.
Ki Tae mencoba menghubungi
Jang Mi tetapi tidak bisa. Ki Tae “Ah iya ponselnya mati”. Ki Tae pun menancap
gas mobilnya agar sampai di restoran sebelum Ibunya.
Saat Jang Mi dan Yeo Reum yang masih terlelap didalam
restoran Hoon Doong, seseorang sampai dan membuka restoran Hoon Dong
Siapakah dia????
Siapakah dia????